ads header

Thursday, June 29, 2023

Syahruni Hasbullah dan Lagu "Beriman Olah Bebaya"

0
SANG MAESTRO: Seniman Balikpapan H.Syahruni Hasbullah
H. Syahruni Hasbullah bukan PNS biasa. Pada masanya, karirnya di Pemkot Balikpapan sangat moncer. Jika ada penobatan kepala dinas terlama, Syahruni lah orangnya. Ia pernah menjabat Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Balikpapan selama 22 tahun. Namun, Syahruni tak hanya dikenal sebagai pejabat. Ia juga seorang seniman.

SEBAGAI seniman, ayahanda Ida Royani ini sangat produktif mencipta lagu. Pada awal 1992, ia merilis album Pop Daerah Khas Kaltim volume 2. Lagu-lagu ciptaannya terkemas dalam label Tanam Bamban Jangan di Parit.

Album Pop Daerah Khas Kaltim yang dirilisnya ini berjumlah 10 lagu. Dengan syair bahasa Banjar, sebagian besar lagunya menggambarkan nafas pembangunan Kaltim.

“Bisa jadi, ini kiat Pak Syahruni yang juga mantan Ketua Badan Koordinasi Kesenian Nasional Indonesia (BKKNI) Kaltim untuk mencari perhatian. Atau, sebut saja suatu bukti kepedulian terhadap bias pembangunan di Bumi Etam,” kata Trias Chahyo, jurnalis senior di Balikpapan yang mewawancarai Syahruni Hasbullah pada masa itu.

Artikel tentang kesenimanan Syahruni Hasbullah yang ditulis Trias Chahyo itu diterbitkan di Harian Pagi ManuntunG, edisi Jumat, 29 Mei 1992.

Dari sejumlah lagu yang ditulisnya, ada lagu berjudul Gemuruh Pembangunan Kaltim, Rista Rimba Bukit Soeharto, dan Beriman Olah Bebaya. Syahruni tampaknya mengambil pengalaman tahun-tahun sebelumnya, ketika ia menggarap album pertama.

Penelusuran saya, rekam digital dua lagu karya Syahruni yakni Beriman Olah Bebaya dan Tanam Bamban Jangan di Parit telah terunggah di kanal YouTube dan bisa kita dengarkan.

Dalam catatannya, Trias menuliskan lagu-lagu ciptaan Syahruni yang juga Ketua Yayasan Bina Seni Indonesia Bayu Asri ini menyiratkan soal kepedulian terhadap masalah lingkungan hidup. Mungkin saja ini salah satu upaya Syahruni untuk membuktikan jika seniman mampu berbuat, dalam konteksnya bahwa pembentukan manusia seutuhnya lewat seni budaya yang disebut-sebut turut membangun negeri ini.

Dari sisi bisnis rekaman pada masa itu, Syahruni tampaknya cukup berhasil melirik pasar di daerah, di mana lagu daerah dianggap sinis oleh sebagian kalangan pencipta lagu pop di tanah air. Dalam artian, melihatnya dari prospek perkasetan, lagu-lagu daerah belum sepenuhnya menjanjikan keuntungan dibanding lagu pop yang sedang berkembang dengan berbagai irama.

Inilah jurus khusus yang dilakukan Syahruni untuk memasarkan albumnya di daerah, yang pada masa itu belum dilakukan oleh produsen rekaman lainnya.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa Syahruni Hasbullah pantang mundur untuk menggarap rekamannya sekalipun dia tahu bahwa bisnis rekaman di Indonesia pada masa itu sedang melesu? Apalagi bila dilihat peredaran kasetnya yang notabene sangat terbatas, hanya untuk daerah di Kaltim. Begitu pandangan Trias Chahyo sebagai wartawan menganalisis wajah industri rekaman pada era 90-an.

Ketika pertanyaan itu diajukan, Syahruni yang ditemui di kediamannya mengakui dirinya memiliki beban dengan album keduanya itu.

Menurut Syahruni, lagu Beriman Olah Bebaya-lah yang membuai beban pikirannya. Bagi Syahruni, lagu itu adalah memori untuk mantan Walikotamadya Balikpapan H. Syarifuddin Yoes.

“Jadi biar bagaimanapun, album ini harus berhasil,” kata Syahruni menjawab pertanyaan Trias Chahyo.

Proses penciptaan lagu Beriman Olah Bebaya bersamaan waktunya saat Balikpapan meraih penghargaan Parasamya Purnakarya Nugraha. Dan lirik yang ada di dalam lagu itu adalah perkataan seorang wali kota Balikpapan bernama Syarifuddin Yoes untuk memohon restu, pandangan, serta saran.

“Lirik yang ada di dalam lagu itu adalah perkataan seorang wali kota yang berisi pesan pembangunan,” kata seniman yang memiliki julukan Kiai Bukit Sion ini.

Sewaktu akan menggarap Beriman Olah Bebaya, Syahruni menghadap Syarifuddin Yoes untuk memohon restu dan arahan. Ide dan perkataan Syarifuddin Yoes yang didengarkannya kemudian diserap dan diterjemahkan ke dalam bentuk lagu.

Setelah membuat musik dasarnya dan menyampaikannya kepada Syarifuddin Yoes untuk dievaluasi, Pak Yoes—sapaan Syarifuddin Yoes ternyata setuju. “Begitu disetujui, lagu yang sudah ada musik dasarnya itu lalu saya sempurnakan,” ujar Syahruni.

Ketika Syahruni menemui Pak Yoes, 10 hari kemudian Pak Yoes bertolak ke Jakarta untuk berobat. Karena sakit yang dideritanya, Pak Yoes terbaring di rumah sakit. Dua puluh hari sebelum Pak Yoes mangkat, Syahruni sempat menjenguknya di sebuah rumah sakit di Jakarta.

Ketika berjumpa di rumah sakit, Pak Yoes bertanya apakah album lagu yang digarap Syahruni sudah selesai. Tanpa ragu-ragu, untuk menyenangkan hati Pak Yoes, Syahruni menjawab sudah.

Mendengar jawaban Syahruni, Pak Yoes bermohon agar album yang sudah kelar tersebut diserahkan kepada dirinya.

“Di sini, yang dimaksudkan beban itu. Padahal album itu belum selesai. Saya merasa berbohong kepada almarhum. Album itu tersendat karen benturan dana yang tidak mendukung,” kata Syahruni menceritakannya kepada Trias.

Lagu Beriman Olah Bebaya yang digarap dalam komposisi bentuk A-A-B-A itu berisikan lirik tentang kota Beriman Balikpapan. Bila diterjemahkan secara bebas dalam bahasa Indonesia, pada bait pertama kira-kira bunyinya demikian: Mana mungkin aku akan melupakan, di sini kota berbukit indah, kota direncanakan untuk jadi kota Beriman yang bersih, indah, aman dan nyaman. Mengerjakannya bukan kerja yang gampang, Beriman menjadi kenyataan, kerja sama seluruh warga kota. Manuntung sampai selesai.

Memang terasa, alitarasi dari lirik bait ini cukup manis. Belum lagi keakraban melodi pentatonis yang seolah-olah berupaya meniru irama tingkilan, sekalipun metrumnya bergaya mirip musik keroncong dengan akord tonika major. Juga aksen yang mengalir sepanjang lagu.

Pada bait dengan refrain, lagu ini menawarkan kalimat fonetis, meskipun masih terasa “kabur”. Bila diterjemahkan begini bunyinya: Kerja memang belum rampung, api baru dinyalakan. Penggantiku yang melanjutkan. Beriman kita budayakan, pantang mundur.

Di bagian penutup (bait keempat) berbunyi: Biar kami tidak lagi di sini, tak ada kehidupan abadi pasti nanti datang. Kita berpisah. Beriman olah bebaya.

Seperti yang dikatakan Syahruni, melihat dari bait ke bait seakan-akan ucapan-ucapan yang telah diterjemahkan ke dalam sebuah tembang ini, sepertinya ada isyarat untuk berpisah. Seakan-akan ketika Syahruni mencipta Beriman Olah Bebaya, Pak Yoes menitip pesan terakhirnya.

Lirik lagu Beriman Olah Bebaya itu sebagai berikut:

Mana mungkin ku kada kaingatan/Di sini kota babukit indah/Kota dicagarkan/Jadi Kota Beriman/Yang bersih, indah, aman nyaman.

Mengawalinya kadanya gagampangan/Beriman menjadi kenyataan/Olah bebaya kita sabarataan/Manuntung sampai kaputing.

Gawi memang balum tuntung/Api hanyar dinyalakan/Lanjutakan nang kamudian/Beriman kita budayakan/Undur jangan.

Biar kami kada lagi di sini/Kadada kahidupan abadi/pasti kena datang/Kita kan bapisahan/Beriman Olah Bebaya.


Lagu Beriman Olah Bebaya dilantunkan oleh M. Abduh, yang pada masa itu berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Hukum di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. M. Abduh beberapa kali menjuarai pop singer se Jawa Timur. Sedang musiknya digarap oleh Gunawan Asmoro, salah seorang pemusik yang pernah bergabung dengan almarhum Gombloh.

Karya cipta Syahruni Hasbullah lainnya yang terdapat dalam album kedua itu ialah Tanam Banam Jangan di Parit, Banyu Mata Bakikiliran, Dayang dan Pohon Meranti, Pusang, Pamali, Lamin Etam, dan Disko Leleng.

Sang maestro Syahruni Hasbullah telah wafat pada 2010 di usia 77 tahun karena komplikasi penyakit yang dideritanya. Namun, karya-karyanya tetap abadi dan kita masih bisa menikmatinya. Era digital telah mendokumentasikan karya-karyanya. (*)
Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: