ads header

Wednesday, June 28, 2023

Cahaya Aktifis Bernama Desmond J. Mahesa

0
CAHAYA AKTIFIS: Bang Desmond J. Mahesa (kiri), penulis, dan Bang Asrul Anwar (kanan) saat berjumpa di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarbaru (12/02/2023).


KABAR
ini begitu menyentak. Informasi awalnya saya ketahui dari grup percakapan alumni Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat (ULM). Tentang kabar duka berpulangnya bang Desmond Junaedi Mahesa.

Bang Desmond memang bukan alumni Fahutan ULM. Tetapi, bagi kami, ia adalah kebanggaan. Suara “menyalak” bang Desmond yang alumni Fakultas Hukum ULM angkatan 1986 di panggung politik nasional akan selalu diingat.

Sejak berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Hukum ULM, bang Desmond memang seorang aktifis. Ia dikenal sebagai mahasiswa pemberani dan organisatoris yang loyal terhadap kawan-kawan sesama aktifis.

Jiwa aktifis bang Desmond tak luntur setelah menjadi penghuni Senayan. Wakil Ketua Komisi III DPR-RI dan Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Banten tersebut tetap “galak” mengkritisi penyimpangan-penyimpangan reformasi.

Kita bisa mendengar bagaimana suara keras bang Desmond ketika mengkritisi pembagian daerah pemilihan (dapil) Pemilu 2024. Yang menurut beliau bikin ngilu. Juga keinginan kuatnya membentuk panitia khusus (pansus) untuk membuka Kotak Pandora transaksi Rp349 triliun di Kemenkeu.

Lihat juga bagaimana ia “menyemprot” Kombes Hengki Haryadi dalam rapat dengar pendapat terkait kisruh dualisme apartemen Graha Cempaka.

Masih ada yang lain. Yakni “amukan” yang dilayangkan kepada Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto. Kepada kapolda, bang Desmond mengingatkan agar institusi kepolisian jangan sampai dijadikan alat kepentingan tertentu.

Berpulangnya bang Desmond pada Sabtu (24/06) memutar memori pertemuan saya dengan bang Desmond. Minggu, 12 Februari 2023, secara kebetulan saya berjumpa dengan bang Desmond di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarbaru. Sepintas dari kejauhan, tampak seseorang yang menyerupai bang Desmond tengah didorong menggunakan kursi roda.

Bersama bang Asrul Anwar, kami bergegas menyusulnya. Ucok, sapaan bang Asrul Anwar adalah kawan SMA bang Desmond. Mereka berdua alumni SMAN 7 Banjarmasin.

Kepada saya, bang Ucok sering bercerita tentang Desmond. Terlahir dari keluarga "tidak berpunya", bang Desmond menyelesaikan pendidikannya dengan tertatih-tatih. Karena faktor ekonomi yang serba kekurangan itu.

"Sewaktu SMA, saya sudah pakai motor Vespa. Dia pergi-pulang sekolah jalan batis (jalan kaki). Karena kasihan, saya sering menawarinya tumpangan," kata bang Ucok menceritakan kenangannya bersama bang Desmond.

Bang Desmond membenarkan semua cerita itu. Sore itu, ketika kami bertemu di Bandara Syamsuddin Noor, bang Desmond baru saja sembuh dari sakit. Pulang kampung ke Banjarmasin dan menikmati kuliner khas Banjar dan menziarahi makam kedua orangtuanya merupakan salah satu cara bang Desmond mensyukuri kesembuhan.

Nyamannya "iwak babanam", "iwak bakunyung", "saluang goreng tepung" dan kuliner khas Banjar lainnya menjadi topik obrolan ringan kami.

Beralih pada topik politik, saya memancing pendapatnya tentang "main-main tiga periode" jabatan presiden. Soal itu, bang Desmond tegas menyatakan bahwa sesuatu yang melanggar konstitusi pasti tidak benar.

"Hidup ini sederhana saja: legasi. Kalau legasinya dapat, ia akan dikenang orang," kata bang Desmond.

Dari cerita bang Desmond, saya baru mengetahui jika ia berangkat ke Senayan dari dapil Kalimantan Timur. Pada pileg 2009. Dua periode selanjutnya ia mewakili suara dapil Banten II. Bahkan pada pileg 2019 raihan suaranya adalah yang terbanyak di Banten II dengan mengantongi 103.837 suara.

“Saya berangkat ke Senayan dari dapil Kaltim. Sewaktu di Samarinda, saya tinggal di dekat rumah Pak Imdaad Hamid. Pak Erwin, yang sekarang di Kaltim Post sering mewawancarai saya pada masa itu,” cerita bang Desmond.

Kepada kami, bang Desmond bercerita bahwa berbagai penyakit ada dalam tubuhnya. “Sudah terlalu banyak (penyakitnya), sudah terlalu sering bolak-balik ke rumah sakit. Usia saya tak panjang,” tuturnya.

Selepas dari perjumpaan di Bandara Syamsuddin Noor, saya dan bang Desmond masih bersilaturahmi melalui aplikasi percakapan. Beberapa kali bang Desmond mengirimkan catatan-catatan kritisnya. Dipublikasikan di media online law-justice.co.

“Hajar, Bang!” balas saya ketika beliau mengirimkan catatan kritisnya tentang transaksi Rp349 triliun pada beberapa institusi Kemenkeu. Bang Desmond membalasnya pendek: Siap!

Ketika berbincang dengan Rektor ULM Prof Ahmad Alim Bachri di acara puncak Reuni Akbar IKA Fahutan, Februari lalu, saya sempat bertanya tentang ketua IKA ULM saat itu. Jika Bang Desmond belum pernah menjabat sebagai Ketua IKA ULM, saya mengatakan bahwa bang Desmond sangat layak menjadi ketua IKA ULM.

Selamat jalan, bang Desmond J. Mahesa. Kami berduka dan sangat kehilangan. Semoga engkau mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. (*)

Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: