ads header

Thursday, June 29, 2023

Cara Pak Yoes Memoles "Kota Minyak"

0
POPULER DI MASANYA: H. Syarifuddin Yoes, Wali Kota Balikpapan periode 1981-1989.
Kita bekerja bukan untuk cari popularitas murahan. Prinsip saya lebih baik banyak bekerja daripada banyak bicara
SYARIFUDDIN YOES
Wali Kota Balikpapan 1981-1989

Kalau ada kepala daerah tingkat II di Kalimantan Timur yang pantas diberi gelar “Si Pembanting Tulang”, pasti jatuh kepada Syarifuddin Yoes, Wali Kota Balikpapan.

RIZAL EFFENDI merangkai kata per kata di atas menjadi kalimat yang dijadikan kepala berita dari artikel yang ditulisnya. Sebagai wartawan, pemilik kode pendek rz ini memiliki penilaian khusus terhadap leadership Syarifuddin Yoes. Di mata mantan wali kota Balikpapan yang saat itu masih berprofesi sebagai jurnalis, kemampuan Syarifuddin Yoes untuk memoles kota Balikpapan tak lagi diragukan.

Artikel berjudul “H. Syarifuddin Yoes: Lebih Banyak Bekerja daripada Banyak Bicara” yang ditulis Rizal ini terbit di Harian Pagi ManuntunG pada Jumat, 10 Februari 1989. Pada hari istimewa saat kota Balikpapan merayakan hari jadi yang ke-92 tahun.

Sebagai pejabat publik, gerak Syarifuddin Yoes selalu menjadi sorotan media. Pun kebiasaan Pak Yoes—sapaan Syarifuddin Yoes saat menjalankan aktivitasnya di kantor wali kota. Pulang kantor lebih lambat dari pegawai menjadi kebiasaan Pak Yoes.

Nama mantan Komandan Kodim 0901 Samarinda yang dilantik menjadi wali kota Balikpapan pada 1981 ini memang cukup populer dibandingkan kepala daerah lainnya di Kaltim.

Tahun demi tahun, gebrakan demi gebrakan dilakukan Pak Yoes untuk memoles kota Balikpapan. Ketika akan dilakukan pelebaran jalan-jalan di kota Balikpapan, banyak yang meragukan apakah Pak Yoes mampu menggusur rumah-rumah penduduk.

Di luar dugaan Pak Yoes mampu melakukannya dengan baik. Yang mengagumkan lagi, penggusuran rumah-rumah yang umumnya berupa toko itu sama sekali tidak mengeluarkan biaya. Semua pemilik ikhlas memangkas bangunannya tanpa menuntut ganti rugi. Sesuatu yang sulit untuk dilakukan pada masa sekarang.

Prestasi ini tentu membanggakan bagi Pak Yoes. Kepada wartawan saat menggelar jumpa pers pada Rabu, 8 Februari 1989, Pak Yoes mengatakan keikhlasan masyarakat itu tak akan pernah ia lupakan, meskipun nanti dirinya tak lagi wali kota.

Pak Yoes yang pada masa itu sebagai wali kota ke-6 dikenal senang mencari hal-hal baru untuk mempercepat hasil pembangunan. Misalnya, menjelang hari jadi kota Balikpapan ke-92, beberapa terobosan proyek dilakukan seperti membentuk Satuan Pelopor Pelaksana Pembangunan. Satuan tersebut beranggotakan 173 pemuda drop out. Semacam satuan yang siap melaksanakan proyek-proyek padat karya, tanpa banyak menuntut.

Dua gebrakan lain yang cukup populer di masa kepemimpinan Pak Yoes yakni kehadiran Persiba Balikpapan dan Harian Pagi Manuntung. Berkat kegigihan Pak Yoes, Persiba yang puluhan tahun tidak pernah menjadi juara di Kaltim, tiba-tiba mencuat dalam peta kekuataan persepakbolaan di tanah air. Prestasi Persiba itu tak hanya dinikmati warga Balikpapan, tetapi juga Kaltim, bahkan Kalimantan.

Pak Yoes jugalah yang memiliki peran besar dari lahirnya koran harian pertama di Kaltim bernama Harian Pagi Manuntung. Ketika insan pers gelisah bagaimana menerbitkan sebuah koran harian, Pak Yoes memberikan dorongan. “Asal ada kemauan, kita bisa berbuat,” katanya pada waktu itu memberi motivasi.

Meski Pak Yoes terbilang populer karena gebrakan-gebrakannya, Pak Yoes tidak begitu suka publikasi. “Kita bekerja bukan untuk cari popularitas murahan. Prinsip saya lebih baik banyak bekerja daripada banyak bicara,” kata Pak Yoes.

Menurut Pak Yoes, semua yang dilakukannya semata-mata kewajiban dan rasa tanggung jawab terhadap masyarakat kota yang dipimpinnya. Ia tak ingin bekerja karena mengejar penghargaan.

“Kalau ada penghargaan yang kita raih, ya kita anggap sebagai motivasi, bukan tujuan,” ujar Pak Yoes.

Dalam membangun kota Balikpapan, bagi Pak Yoes adanya persaingan antardaerah di Kaltim sangatlah penting. Dari persaingan akan membuat dirinya memiliki pembanding terhadap apa yang telah dilakukan, dan bila menemukan kekurangan bisa secepatnya diperbaiki. “Tapi tentunya bersaing dalam arti yang sehat,” ujar Pak Yoes.
***

Dari sederet penghargaan yang diraih kota Balikpapan di masa kepemimpinan Syarifuddin Yoes, penghargaan Paramsamya Purnakarya Nugraha adalah salah satunya --penghargaan tertinggi pembangunan selama satu Pelita, yakni Pelita IV dari Presiden Soeharto.

Momen prestasi bersejarah ini terjadi pada Jumat, 3 November 1989. Penghargaan diserahkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi Ir. Ginanjar Kartasasmita dalam satu upacara yang disaksikan seluruh lapisan masyarakat.

Ketika ditanya tentang perasaannya atas capaian keberhasilan tersebut, Pak Yoes mengaku terharu sekaligus gembira. Terharu karena begitu banyak perjuangan dan pengorbanan masyarakat ikut membangun Balikpapan. Sebagai warga Balikpapan, Pak Yoes juga merasa bangga dan gembira.

“Kebanggaan itu perlu. Walau bukan berarti dengan penghargaan ini kita dianggap sudah hebat. Yang penting tidak sombong! Masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu dibenahi,” kata Pak Yoes kepada wartawan ManuntunG (sekarang Kaltim Post) Syamsul Munir Asnawi dan Habolhasan Asyari dalam wawancara khusus.

Artikel yang ditulis dalam bentuk tanya-jawab oleh Syamsul Munir dan Habolhasan ini diterbitkan di Koran ManuntunG edisi Jumat, 10 Februari 1989.

Atas capaian penghargaan tersebut, Pak Yoes mengaku tidak memiliki resep khusus. Yang ia lakukan hanya mengajak masyarakat agar setiap kesulitan yang dihadapi, masyarakat juga ikut berpikir.

Sebagai kepala daerah, Pak Yoes memegang empat prinsip kepemimpinan. Pertama, bagaimana ia menempatkan diri sebagai pemimpin. Kedua, kapan dirinya memosisikan sebagai guru. Ketiga, kapan menempatkan diri sebagai bapak. Dan keempat kapan dirinya menempatkan sebagai teman.

“Dengan empat prinsip ini, saya tidak semata-mata sebagai pemimpin. Suatu saat saya tampil sebagai guru. Sehingga tidak boleh menyalahkan tanpa memberi petunjuk. Suatu saat saya harus menjadi seorang bapak dan ada saatnya pula harus bertindak sebagai teman. Bagaimana pun, mulai dari lurah sampai penyapu jalan adalah rekan kerja,” ujar Pak Yoes. (*)

Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: