ads header

Tuesday, July 7, 2020

Birokrat Berkode SF

0

SF DAN PERSIBA: Ketika Persiba kontra Kalteng Putra.

SAYA tak ingat lagi warna jaketnya. Mungkin hitam atau biru. Yang pasti jaket Persiba Balikpapan. Maafkan, saya kurang update tentang Persiba. 

Jaket itu ada di atas meja kerja. Si empunya meja lantas mengenakannya. Ia merasa ukuran jaketnya terlalu kecil. Saya hanya tersenyum melihatnya. Saya bilang: jangan salahkan ukuran jaketnya, tapi salahkan ukuran perutnya. Hanya ucapan di dalam hati…he..he. 

Saya perhatikan jaket itu memang dibuat khusus untuknya. Di bagian dada melekat kode pendek bertuliskan SF. Siapakah dia? 

Jika belum mengenalnya, saya beri sedikit panduan. Ruang kerjanya berada di lantai dua Kantor Wali Kota Balikpapan. Berseberangan dengan ruangan para asisten. Ia memiliki peran penting di birokrasi. Dialah orang nomor tiga di Pemkot Balikpapan. Bisa dikatakan sebagai pengendali server birokrat. 

Anda benar. SF adalah kode pendek dari Sayid MN Fadli. Sekretaris Kota (Sekkot) Balikpapan atau Sekretaris Daerah (Sekda) Balikpapan. Kode pendek yang pas dengan jabatan dan namanya. Maka, kode SF bisa juga diartikan Sekda Fadli atau Sekkot Fadli. Pas, bukan? 

Di Persiba Balikpapan, Pak Sekda menjabat ketua harian. Saya belum bertanya lagi apakah jaket yang kekecilan itu sudah diganti dengan jaket baru yang sesuai dengan ukuran badannya. 

Terus terang, saya agak sungkan untuk bertanya tentang sesuatu hal yang bersifat khusus. Khusus tentang bola. Pertanyaan yang masih saya simpan itu yakni, apakah sebagai Ketua Harian Persiba beliau juga bisa bermain bola…he..he. 

SEPATU BARU: Wali kota dan sekda mencoba sepatu produk lokal Balikpapan.

Karena yang saya tahu, olahraga beliau adalah tenis lapangan. Dulu, saya memang sering bermain tenis di Kompleks Pemda, Balikpapan Baru. Letak lapangannya persis di depan rumah beliau. 

Pengalaman yang saya rasakan selama bermain di sana, menang atau kalah sakitnya sama saja. Sakit karena ocehan mulut itu sampai menusuk dada…ha..ha..ha. Terlebih saat dikalahkan oleh Pak Sekda yang bermain dengan tangan kiri. 

Di Pemkot Balikpapan, karir birokrat jebolan APDN itu memang moncer. Dari camat, jejak karirnya terus melejit. Setelah menjabat Kabag Perkotaan, kembali naik sebagai asisten pemerintahan, asisten administrasi, asisten pembangunan, hingga dilantik sebagai Sekkot pada 25 Mei 2011. 

Saya cukup lama mengenal beliau. Sebagai wartawan desk liputan kota, ruangan beliau di Bagian Perkotaan seringkali menjadi tempat kongko kedua setelah Bagian Humas. Bila karirnya melejit hingga menduduki top birokrat, menurut saya hal itu merupakan sebuah kepantasan. 

DRIVER BIROKRAT: SF pada suatu acara pemerintahan.

Kepantasan dengan melihat pengalaman dan kemampuan mengemudikan organisasi. Di mata saya, Pak Sekda adalah figur birokrat bermental driver. Ia cepat membaca gejala, tangkas bertindak, tetapi disiplin “merawat” kendaraannya (organisasinya), dan ia pasti tahu ke mana jalan yang harus diambil. 

Setiap kali bertemu dengannya, seringkali saya menyinggung orientasi politiknya. Untuk pertanyaan ini, seringkali beliau bergeming. Sengaja saya pancing dengan melihat momen tahun politik. Juga masa kerjanya sebagai ASN yang tersisa dua tahun. 

Mafhum diketahui, banyak sekda mengambil risiko melepas jabatannya dan memutuskan maju di Pilkada. Ada keberanian yang ditunjukkan oleh kalangan birokrat untuk keluar dari zona nyaman akibat banyaknya birokrat yang bisa menang dalam kontestasi. 

Kapasitas mumpuni untuk memimpin yang dimiliki birokrat juga menjadi pertimbangan politikus untuk meminangnya sebagai pasangan. Tidak heran apabila nama Sayid MN Fadli berada dalam lingkaran observasi lembaga survei dan partai politik. 

“Politikus yang maju pada pilkada sebaiknya melirik kelompok birokrasi yang memiliki kinerja dan latar belakang lapangan yang populer dan akseptabilitasnya bagus,” kata pemerhati politik Benny Dhanio. 

Mencermati kepemimpinan pemerintahan di Kota Balikpapan, saya melihat ada semacam tradisi pengkaderan kepemimpinan. 

Ketika wali kota belum dipilih secara langsung, Wali Kota Balikpapan Syarifudin Yoes sudah mengincar Kolonel Inf Tjutjup Suparna sebagai calon penggantinya. Pilihan itu bahkan sudah dipikirkan saat Tjutjup masih menjabat Komandan Kodim Balikpapan. Pilihan Yoes terbukti benar. Tjutjup mampu melanjutkan pembangunan kota ini dengan baik. 

Setelah 10 tahun memimpin Balikpapan (1991-2001), Tjutjup ikut berperan atas terpilihnya Imdaad Hamid sebagai penerus. Tjutjup sudah mengenal kinerja Imdaad dengan sangat baik. Calon yang dikadernya itu adalah sekretaris kota (sekkot) Balikpapan saat Tjutjup menjabat wali kota. 

DUNIA BOLA: SF (kiri) pada pembukaan laga perdana Persiba Balikpapan.

Banyak orang tidak berani membayangkan nasib Balikpapan ketika Imdaad Hamid harus melepas jabatannya kepada orang lain. Namun kekhawatiran itu tidak terbukti. Selain mewariskan sistem, Imdaad ikut berperan mengkader Wakil Wali Kota Rizal Effendi untuk meneruskan jabatannya sebagai wali kota. Satu paket dengan Heru Bambang yang sebelumnya menjabat sekretaris daerah. 

Menurut saya duet kepemimpinan politikus-birokrat cukup ideal untuk kota Balikpapan. Politikus-birokrat merupakan kombinasi yang tepat. Politikus memiliki dukungan mesin partai, birokrat memahami seluk beluk pemerintahan. 

Dalam diam, nama SF mengisi daftar bakal calon wakil wali kota di Partai Golkar. Akankah SF turut menjaga tradisi pengkaderan kepemimpinan pemerintahan di Balikpapan? Wallahu a’lam bishawab. Saya sih berharap iya. Upss! (*)
Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: