ads header

Monday, January 21, 2019

Badiri dan Barisan Relasi

0


“Relawan demokrasi, ya?” tanya pria itu. Saat saya memarkir sepeda motor di parkiran hotel. Saya tersenyum lantas mengiyakan. Sabtu (19/1) pagi itu, dia memarkir sepeda motornya di samping kuda besi roda dua saya.

“Ban belakang kendaraan bapak kempis,” ujarnya memberitahu. Saya terkejut, kemudian menyampaikan terima kasih kepada dia.

Kami berdua sama-sama mengenakan kemeja putih. Berselang beberapa menit, dua perempuan muda juga memarkir kendaraannya. Dengan warna pakaian yang sama: putih.

Saya tak sempat bertanya nama. Pria berkendaraan modifikasi roda tiga itu lantas bercerita bahwa dia tinggal di kawasan Prapatan. “Saya relawan basis disabilitas,” ucapnya. Lalu kami berjalan meniti tangga menuju tempat acara.

Sudah cukup lama saya tak berkunjung ke hotel itu. Hotel di bilangan Gunung Malang, Balikpapan yang telah me-rebranding nama menjadi Horisson Sagita. Dari area parkir menuju lobi hotel, saya tak melihat lift. Mungkin ada, tapi mata saya yang kurang awas. Karenanya, relawan dari basis disabilitas itu harus beberapa kali meniti undakan tangga.

Sehari sebelumnya, pegawai KPU Kota Balikpapan mengirim undangan melalui whatsapp. Saya bersama 54 orang lainnya diminta menghadiri acara pengukuhan dan pembekalan Relawan Demokrasi (Relasi) pemilu 2019.

Pegawai KPU itu juga memberitahukan daftar nama para Relasi. Dengan beragam latar belakangnya. Sebagian besar masih muda. Banyak yang berstatus mahasiswa. Juga ada pekerja. Dari tukang bangunan, tukang jahit, karyawan kantoran, pedagang, guru honor, pengajar les bahasa isyarat, guru Sekolah Luar Biasa (SLB), hingga barista (peracik kopi). Sebagian lainnya wirausaha dan ibu rumah tangga. Generasi tua terwakili melalui basis keagamaan. Berisikan para pemuka-pemuka agama. “Saya merasa tetap muda, kok,” ucap Ustaz Samad Bullah.


Ketua KPU Balikpapan Noor Thoha membuka acara. Dia mengatakan sangat jarang kegiatan yang difasilitasi KPU peserta yang diundang  sudah datang lebih dulu dibandingkan komisioner KPU. “Ini tanda-tanda pemilu 2019 akan sukses sudah terlihat,” ucapnya.

Menurutnya, pemilu 2019 memang rumit. Inilah pemilu pertama di dunia di mana lima pemilihan harus dirampungkan dalam sehari. Oleh sebab itu, tantangan sosialisasi dan pendidikan pemilih pada pemilu 2019 lebih berat karena semakin kompleksnya penyelenggaraan pemilu.

Pemilih akan berhadapan dengan lima jenis surat suara di TPS. Butuh kecermatan pemilih untuk memastikan tata cara pemberian suara yang benar di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Sosialisasi dan pendidikan pemilih yang lebih masif dan intensif juga dibutuhkan untuk menurunkan angka suara tidak sah dalam pemilu.

Program relawan demokrasi adalah gerakan sosial yang dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih dalam menggunakan hak pilih. Program ini melibatkan peran serta masyarakat.

“Sejarah di Balikpapan sangat sulit sekali partisipasi pemilih bisa mencapai 75 persen. Karenanya, diperlukan kepedulian menjadi bagian dari pemilu dari awal sampai akhir,” ujar Noor Thoha.

Mengutip petunjuk teknis relasi KPU, Program relawan demokrasi dilatarbelakangi oleh partisipasi pemilih yang cenderung menurun. Empat pemilu nasional terakhir dan pelaksanaan pemilukada di berbagai daerah menunjukkan indikasi itu.

Pada pemilu nasional misalnya, yaitu pemilu  1999 (92%), pemilu 2004 (84%), pemilu 2009 (71%), pemilu 2014 (73%) menjadi salah satu tantangan yang dihadapi dalam upaya  mewujudkan kesuksesan Pemilu 2019.

Banyak faktor yang menjadikan tingkat partisipasi mengalami tren penurunan. Di antaranya adalah jenuh dengan frekuensi penyelenggaraan pemilu yang tinggi, ketidakpuasan atas kinerja sistem politik yang tidak memberikan perbaikan kualitas hidup, mal-administrasi penyelenggaraan pemilu, adanya paham keagamaan anti demokrasi, dan melemahnya kesadaraan masyarakat tentang pentingnya pemilu sebagai instrumen transformasi sosial, dan lain sebagainya.

Program relawan demokrasi muncul juga dilatarbelakangi oleh inflasi kualitas memilih. Tanpa mengabaikan apresiasi kepada pemilih yang menggunakan hak pilihnya secara cerdas, sebagian pemilih kita terjebak dalam pragmatisme. Tidak semua pemilih datang ke TPS atas idealisme tertentu tetapi ada yang didasarkan pada kalkulasi untung rugi yang sifatnya material, seperti mendapatkan uang dan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. 

Pragmatisme pemilih ini sebagian disumbang oleh tingkat literasi politik yang relatif rendah, melemahnya kesukarelaan masyarakat (voluntarisme) dalam agenda pencerdasan demokrasi, dan masifnya politik tuna ide dari kontestan pemilu.

Pemilu 2019 mesti menjadi titik balik persoalan partisipasi pemilih yang sebelumnya ada. Angka partisipasi pemilih harus meningkat dan inflasi kualitas memilih harus dipulihkan bahwasanya memilih adalah tindakan politik yang mulia.

Program Relawan Demokrasi  yang digagas KPU melibatkan kelompok masyarakat yang berasal dari 11 (sebelas) basis pemilih strategis yaitu basis keluarga, basis pemilih pemula, basis pemilih muda, basis pemilih perempuan, basis penyandang disabilitas, basis pemilih berkebutuhan khusus, basis kaum marginal, basis komunitas, basis keagamaan, basis warga internet dan basis relawan demokrasi.

Pelopor-pelopor demokrasi akan dibentuk di setiap basis yang kemudian menjadi penyuluh pada setiap komunitasnya. Segmentasi berdasarkan basis pemilih dilakukan dengan kesadaran bahwa tidak semua lapisan masyarakat mampu dijangkau oleh program KPU.

Saya menangkap antusiasme diperlihatkan para Relasi. Muhammad Faridz misalnya, anak muda yang baru saja lulus kuliah itu tampak bersemangat. Saya, Faridz, Dian, Raessa, dan Rhia berada di basis netizen. Kepada Faridz, saya meminta dibuatkan akun medsos Relasi Balikpapan. Tak perlu waktu lama, empat akun medsos yakni Instagram, Facebook, Twitter dan chanel Youtube telah dibuatnya. Gaspol. Beberapa konten pemilu telah terposting. Basis lainnya tak kalah bersemangat. Kawan-kawan dari basis keluarga misalnya, mereka langsung tancap gas menyasar perkumpulan emak-emak.

Badiri menjadi bintang pada hari itu. Beberapa kali namanya disebut oleh Ketua KPU Noor Thoha. Wirausahawan yang tinggal di Kelurahan Batu Ampar tersebut dengan sigap berdiri ketika namanya disebut. “Badiri silakan berdiri,” seloroh Noor Thoha. Foto bersama para relasi dan komisioner KPU menutup acara. Kali ini, Badiri  masuk dalam barisan berjongkok. *















Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: