ads header

Wednesday, September 20, 2017

Pertanyaan Masa Depan

0
Saya dan Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi.


SEORANG pemuda yang baru saja lulus kuliah bertanya: apa kiranya masalah pokok bidang ekonomi yang yang akan kita hadapi pada masa 10-20 tahun yang akan datang? Padahal untuk masa kini saja, pemuda yang baru lulus kuliah itu sudah pusing tujuh keliling mencari pekerjaan. Status pengangguran membuat dia menjadi minder. 

Semasa berstatus mahasiswa, pemuda itu seorang aktivis kampus. Dia aktif menyuarakan ketidakadilan yang menimpa kaum marginal. Karena kelak, dia akan mewarisi hasil-hasil pembangunan yang sekarang, dan dia akan juga akan mewarisi masalah-masalah yang timbul akibat pembangunan yang sekarang. Maka sudah sepantasnya dia ingin mengetahui situasi yang akan dihadapinya kalau dia kelak terjun ke dalam masyarakat, dan mungkin ikut memegang pimpinan dalam masyarakat.

Jika sekarang sudah dapat diperkirakan masalah-masalah apa yang akan timbul pada masa mendatang, setidak-tidaknya anak-anak muda sekarang sudah dapat mempersiapkan diri dan mulai sekarang ikut memikirkan cara-cara pemecahan masalah tersebut.

Karena itu, pertanyaan di atas perlu ditanggapi secara sungguh-sungguh pula oleh pemegang mandat rakyat. Beberapa ekonom berpandangan, bahwa hakikat dari proses pembangunan justru adalah bagaimana masalah-masalah itu bisa diatasi satu per satu. Akan tetapi, masalah ekonomi dan sosial akan selalu tetap ada meskipun perkembangan ekonomi telah tercapai. Bahkan perekonomian pada daerah yang sudah maju seringkali tidak kalah peliknya dari problem-problem daerah tertinggal. Yang berubah hanyalah macam problemnya.

Sebagai contoh, Kalimantan Timur sebagai provinsi yang kaya sumber daya alam saat ini sedang mengalami keterpurukan. Badan Pusat Statistik (BPS) telah melansir data keprihatinan tentang Kalimantan Timur. Angka pengangguran di Benua Etam menjadi yang tertinggi di Kalimantan. Hingga Agustus 2016, jumlahnya mencapai 136.653 orang. Dari data angka pengangguran itu, 15.641 orang adalah sarjana.

Ini baru satu soal. Miskin komoditas pangan kerap memunculkan problem inflasi yang cukup gawat. Kenaikan-kenaikan harga pangan semakin mengganas belakangan ini. Persoalan ini saja sudah menjadi penghambat utama bagi proses produksi masyarakat. 

Pada 11 Maret 2016, Musrenbang Regional Kalimantan 2016 digelar di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta. Tema “Memacu Pembangunan Kalimantan untuk Masa Depan Indonesia” dipaparkan oleh Pj Gubernur Kalteng Hadi Prabowo selaku kordinator Forum Kerjasama Revitalisasi dan Percepatan Pembangunan Regional Kalimantan (FKRPPRK).

Patok banding kinerja empat provinsi pun terpapar. Pada pertumbuhan ekonomi selama tiga tahun (2013-2015) misalnya, hampir seluruh provinsi di Pulau Kalimantan mengalami penurunan. Bahkan Kalimantan Timur merosot tajam hingga minus 0,85%. Hanya Kalteng satu-satunya provinsi yang mengalami peningkatan 7,01%. Pertumbuhan positif yang dicapai Kalteng disebabkan hampir seluruh sektor lapangan usaha bertumbuh dan sektor pertaniannya lebih mendominasi. 

Terpuruk pada kinerja pertumbuhan ekonomi dibandingkan provinsi lain, wajah Kaltim masih terselamatkan oleh kontribusi Kaltim sebagai provinsi terbesar penyumbang PDRB Kalimantan. Dari total PDRB Kalimantan, Kaltim berkontribusi 59,49%.

Namun, ketertinggalan lagi-lagi diperlihatkan Kaltim pada sektor pertanian. Produksi dan kebutuhan pangan Kaltim tertinggal jauh dibandingkan tiga provinsi lain. Bahkan antara produksi dan kebutuhan pangan berupa padi, beras, jagung, kedelai, sayuran, dan daging, Kaltim merupakan satu-satunya provinsi yang seluruhnya minus.

Tampaklah bahwa program revitalisasi pertanian hanyalah sebuah program minus hasil. Program food estate yang dibanggakan jalan di tempat. Nyaris tanpa bukti. Gabungan faktor-faktor produksi seperti kekayaan alam, tenaga kerja, modal dan kecakapan belum mampu menghasilkan padi, atau komoditas pertanian lain seperti jagung, kedelai, sayuran, dan daging yang mencukupi kebutuhan masyarakat Kaltim.

Pengamat ekonomi Universitas Mulawarman (Unmul) DR Aji Sofyan Efendi menilai, sistem ekonomi dimaksudkan itu adalah lesunya atmosfir pembangunan yakni dengan berkurangnya pembangunan fisik, dan lesunya swasta dalam menginvestasikan modalnya di Kaltim.

Bagaimanapun, disadari atau tidak, semua pihak terutama Pemprov Kaltim harus mengakui, bahwa Kaltim Bangkit 2018 terancam tak akan bangkit tapi justru bangkrut, jika tidak segera dicarikan solusinya. Demikian proses-proses pembangunan selama ini yang dapat kita lihat sebagai proses pemecahan masalah satu per satu. Dimulai dari inflasi, penyediaan pangan, dan pengerahan dana-dana pembangunan.

Jika sekarang kita memandang 10-20 tahun ke depan, masalah apakah yang akan menonjol di bidang ekonomi? Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Wendy Hartanto menyatakan tingginya angka pengangguran mengancam generasi muda di masa mendatang. Bonus demografi pada 2020-2030 jumlah angkatan kerja akan meningkat tajam. 

“Jika angkatan kerja terus meningkat dan tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja akan menciptakan angka pengangguran,” ujarnya.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kaltim HM Fauzi A Bahtar mengakui efek perlambatan ekonomi telah menjalar ke berbagai sektor. Setelah emiten dan kalangan pebisnis, kini pengusaha tua dan muda juga merasakan dampaknya. 

“Ketika kita melihat banyak investor gulung tikar, maka para pengusaha pun didera ketakutan. Lihat bagaimana ketika perusahaan-perusahaan mobil hengkang dari Kaltim, atau kita lihat fakta PHK marak terjadi di mana-mana,” ujarnya.

Erat hubungannya dengan pengangguran adalah masalah yang kedua, yakni pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat yang lebih merata. Semakin banyak pengangguran, semakin besar pula perbedaan antara yang kaya dan yang miskin. Semakin besar perbedaan perbedaan pendapatan penduduk, semakin besar kemungkinan timbul ketegangan-ketegangan sosial dan politik.

Jika demikian, agaknya pada 10-20 tahun mendatang akan banyak problem baru yang perlu mulai dipikirkan dari sekarang. Apabila jarak kemakmuran antarmasyarakat masih menganga lebar, maka apakah tujuan pembangunan ekonomi? Meski tahun 2030 berada di hadapan dengan jarak 13 tahun, agaknya cukuplah kita menyadari bahwa abad ini bukanlah surga dunia. 

Yang bisa dilakukan adalah menghindarkan bahwa keadaan waktu itu tidak akan terlalu lebih buruk. Itu saja. Untuk waktu sekarang, berjuang saja untuk survive dengan cara kita masing-masing. (*)
Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: