ads header

Wednesday, September 20, 2017

Hiburan Murah Kaum Papa

0
RUANG PUBLIK: Taman Tiga Generasi di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.


KOTA ini perlu memperbanyak tempat hiburan anak-anak tanpa ongkos berat. Sebuah tempat di mana anak orang kaya dan anak orang miskin dapat menghibur diri.

RUMAH berpagar tinggi semakin banyak dibuat di Balikpapan. Ia melahirkan dunia kecil yang terpisah dari kehidupan jalan raya. Anak-anak yang hidup di dalamnya menghabiskan waktu dengan bermain gadget, menonton televisi, membaca komik, atau bermain game. 


Bila mereka merasa kesal, orangtuanya berjanji akan membawa anak-anaknya ke kolam renang, nonton bioskop, atau ke mal lalu bermain di wahana permainan pada akhir pekan. Tetapi tiba waktunya, baru teringat ada undangan resepsi atau arisan.

Anak-anak yang tak berduit tak dapat menerima nasib menunggu. Bermain bola di pekarangan milik warga yang sempit, berenang di laut yang tak berbayar, atau bermain game pada gadget murah yang mereka miliki. Tak sedikit dari mereka yang harus membantu orangtuanya bekerja. 

Ada juga pikiran untuk menonton film di bioskop atau bermain di wahana permainan, tapi biaya kesenangan itu tak terpikul. Sebagian dari anak-anak mencari jalan kesenangan dengan cara yang salah: mabuk minuman keras oplosan dan mabuk lem. 

Biaya hidup tinggi di Balikpapan juga memunculkan fakta adanya premanisme di kalangan anak-anak. Geng anak-anak tersebar di sejumlah wilayah kota. Catatan Polsek Balikpapan Selatan, kenakalan remaja bukannya berkurang, justru semakin marak. 

“Mayoritas dari mereka masih pelajar, dari SMA, SMP sampai SD. Kenakalan yang mereka lakukan ialah mabuk lem dan tawuran massal,” kata Panit Patroli Polsek Balikpapan Selatan Ipda Sri Wibowo kepada Balikpapan Pos.

Pada Desember 2015 saat patroli rutin dilakukan, aparat Polsek Balikpapan Selatan pernah mengamankan sebanyak 14 orang anak-anak. Mereka terjaring saat hendak tawuran massal. Selebihnya diamankan karena mabuk miras oplosan dan mabuk lem. Yang membuat miris, tawuran massal antarremaja itu telah menjurus ke tindak pidana.

“Selain berkelahi, mereka juga menggunakan senjata membahayakan berupa gir motor dan busur panah. Beberapa di antaranya membawa senjata tajam,” ungkap Wibowo.

Awal 2013 menggores catatan kelam. Sekelompok anak-anak berusia tanggung berhimpun dalam geng yang mereka namakan Brasmada. Kependekan dari “Berani Senggol Mandi Darah”. Dari namanya saja sudah beraroma kejahatan. Mereka kerap melakukan aksi pemalakan dan penganiayaan. Sasaran korbannya anak-anak yang membolos sekolah. Geng Brasmada bahkan terlibat tindak kriminal pembunuhan. Alan Darma Saputra (18), siswa SMK Airlangga yang menjadi korban pemalakan tewas ditikam Geng Brasmada.

Maka, ketika anak-anak di kota ini tak lagi merasa aman karena ancaman preman-preman cilik, patutlah penghargaan kota layak anak yang diterima Balikpapan menjadi bahan evaluasi bersama. 

“Jangan salahkan anak-anak ketika mereka terlibat kasus kenakalan. Salahkan orangtua dan lingkungannya,” kata Dan Pomdam Kodam VI Mulawarman Kolonel (CPM) Harizal Salim pada suatu diskusi.

Agaknya sudah bisa ditarik prasangka bahwa kurangnya tempat hiburan murah telah menyebabkan calon-calon pengganti generasi tua kota Minyak menjadi sedikit menyeleweng. Adanya fasilitas anak seperti psikolog dan pusat konsultasi sebagai salah satu indikator Kota Layak Anak perlu segera diwujudkan.

Kota Bandung dengan proyek Index of Happiness-nya menjadi contoh inisiatif organik yang mencoba menanamkan konsep kebahagiaan yang lebih unggul. Balikpapan tak perlu sungkan untuk mengadopsinya. Kota kita harus menjadi kota layak bagi anak, lansia, dan perempuan. 

Balikpapan Kota Nyaman Huni bukan sekadar slogan. Warga harus bekerjasama menjadikan Balikpapan sebagai kota yang nyaman untuk ditinggali. Ruang-ruang publik perlu dihidupkan dan diperbanyak. Alam dan lingkungan sekitar harus diperhatikan agar stres warga kota berkurang.

“Kita membutuhkan tempat di mana keluarga bisa berkumpul tanpa dibebani ongkos berat,” kata seorang warga pada acara rembuk kampung di Kelurahan Batu Ampar.

Warga Balikpapan Utara cemburu dengan fasilitas ruang publik taman kota yang telah ada di kecamatan lain. Mereka berharap fasilitas serupa juga terbangun di Utara Balikpapan.

Balikpapan memang tak kekurangan fasilitas hiburan. Pilihannya beragam. Asalkan uang di kantong berlebih atau memiliki kartu kredit. Murah atau mahal tarif masuk ke tempat hiburan sangatlah relatif. Namun, bagi warga berpenghasilan rendah, mereka perlu berpikir berulang untuk menghabiskan lembar rupiah untuk sekadar bersenang-senang. 

Alat-alat mekanik mengakibatkan ongkos bersenang-senang menjadi mahal. Pada ruang publik semisal taman kota, anak-anak bisa berlari bebas, berteriak dengan merdeka, dan menyalurkan energi tanpa biaya. 

“Anak-anak perlu mengayunkan tangan, memanjat pohon, bergantung di tiang besi. Pendeknya, anak-anak perlu hiburan yang dapat menyalurkan energi mereka,” kata psikolog Patria Rahmawati. 

Bicara soal hiburan anak, Patria berkata dengan serius: “Bagaimana kita bisa bicara hiburan anak, kalau orang belum memberikan perhatian pada anak”. Harus diakui secara jujur, kata dia, orang lebih banyak bicara soal pembangunan dan ekonomi dalam arti sempit. 

“Komersialisasi usaha yang menguntungkan harus tampak secepat-cepatnya. Memberikan hiburan pada anak-anak merupakan pos pengeluaran yang tak tampak labanya,” ujarnya.

Balikpapan, kata dia, masih memerlukan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang sangat banyak. Meski telah memiliki beberapa taman kota, namun sebagian besar belum mengarah pada konsep RPTRA. 

“Konsep yang jelas hanya ada pada Taman Tiga Generasi. Taman Bekapai, Monpera, Lapangan Merdeka dan taman-taman lainnya belum memiliki konsep,” ujarnya.

Belajar dari Jakarta, RPTRA tak sekadar taman bermain, juga memiliki fasilitas lain seperti ruangan bermain yang aman. RPTRA juga dilengkapi fasilitas kesehatan seperti posyandu, dan fasilitas olahraga seperti lapangan futsal dan tenis meja. Adapula bangunan serbaguna yang difungsikan sebagai perpustakaan, ruang laktasi, dan beragam kegiatan warga.

Nampaknya, Pemkot Balikpapan juga memiliki keinginan untuk menambah ruang publik taman kota. Melalui Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP), pemkot menargetkan setiap kelurahan memiliki taman kota. Jumlah kelurahan di Balikpapan saat ini sebanyak 34. Untuk membangun puluhan taman kota tersebut, pemkot membutuhkan lahan yang representatif. 

Pembangunan satu buah taman kota minimal membutuhkan lahan 400 meter persegi dengan total anggaran diperkirakan mencapai Rp 1 miliar. Setiap taman dilengkapi dengan fasilitas jogging track, jalur refleksi, tempat duduk, dan gazebo.


“Taman ini sangat penting sebagai ajang masyarakat berkumpul. Dengan adanya taman kota, warga bisa mendapatkan hiburan murah,” kata Kepala Bidang Pertamanan dan Pemakaman DKPP Balikpapan Hairul Ilmi.

Namun, keinginan untuk segera mewujudkan taman kota di setiap kelurahan dan kecamatan sulit direalisasikan dalam waktu dekat. Sejumlah persoalan mengadang, mulai dari persoalan lahan yang belum jelas, keterbatasan anggaran dan rasionalisasi yang dilakukan pemkot. Publik masih harus bersabar hingga tahun 2019. 


Kepala DKPP Balikpapan Abdul Aziz mengaku telah mengusulkan penambahan taman baru di dua kecamatan yakni Balikpapan Utara dan Balikpapan Barat dalam pembahasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Balikpapan. Pembangunan taman baru juga diusulkan di empat kelurahan yakni Kelurahan Lamaru, Gunung Samarinda Baru, Sepinggan Baru, dan Damai Bahagia. Usulan pembangunan taman di bendungan Telaga Sari juga telah diusulkan. 


"Cuma bergantung pembiayaan lagi. Apakah tahun depan atau 2018. Idealnya setiap kelurahan dan kecamatan memiliki taman kota," ucapnya belum lama ini.
Walhasil, nampaklah bahwa keinginan untuk menyelenggarakan hiburan anak yang murah bukan tidak ada. (***)
Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: