ads header

Friday, September 9, 2016

Urusan Isi Dompet

0
Catatan Ajid Kurniawan

DENGAN nada kesal, seorang netizen membulatkan tekad untuk golput pada Pilwali Balikpapan 2015 lalu. Namun, pilihan politik golput itu masih bisa berubah apabila tim sukses dan relawan kandidat mampu memaparkan konsep dan strategi ekonomi secara jelas dan terukur.

Dia menilai pemerintah daerah belum mampu mengurusi urusan isi dompet warganya. Masyarakat berebut lahan penghidupan dengan cara-caranya sendiri. Oleh karena itu, wali kota terpilih harus mengedit kebijakan ekonominya.

Isu distribusi pendapatan merujuk pada persoalan seberapa jauh pendapatan terdistribusi secara merata  di antara kelompok-kelompok masyarakat menjadi tema diskusi. Intisarinya, pemilih mewakili kelompok nonformal menghendaki adanya kebijakan konkret dari wali kota terpilih berkaitan dengan kemudahan akses modal masyarakat dari kelas sosial yang berbeda.

Di kalangan yang lebih luas—terutama mereka yang terkena rasionalisasi dan dipaksa menganggur, atau yang masih menganggur, betapa rasionalisasi itu telah menghasilkan jumlah pengangguran yang terus naik. Kata mereka: sungguh aneh bila birokrat mengklaim angka pengangguran bisa ditekan atau berkurang pada saat pertumbuhan ekonomi terjerembab minus.

Keluhan-keluhan semacam ini tentunya bisa terus bertambah—sebanyak golongan-golongan sosial yang terlanda gelombang rasionalisasi itu. Beberapa kalangan cerdik pandai kemudian menyimpulkan: buat apa kita sok berpolitik anggaran belanja berimbang. Kita ini miskin sumber-sumber ekonomi dan masyarakat perlu sumber-sumber ekonomi yang banyak. Maka, defisit anggaran belanja sebenarnya hal yang biasa sesuai faktanya.

Kembali ke kegaduhan diskusi ala sosmed, dari referensi kreatifitas pemberdayaan ekonomi lokal, bergulir dua pilihan program. Pertama melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT). Kedua, pengelolaan keuangan nonbank berupa lembaga keuangan kelurahan (LKK).

Dalam sejarah ekonomi kerakyatan, koperasi sebenarnya bukan hal baru. Saking lamanya, program ini berkali-kali mengalami pasang surut dalam perkembangannya. Krisis ekonomi telah mengajarkan bahwa kehancuran perekonomian disebabkan oleh tidak adanya lembaga-lembaga ekonomi yang cukup tangguh untuk menghadapi krisis yang tiba-tiba menghantam.

Koperasi RT dibentuk untuk memperkuat ekonomi kerakyatan pada level masyarakat terendah (RT), membangun kemandirian ekonomi masyarakat, dan menjadikannya sebagai induk usaha bagi beragam unit usaha di tingkat RT.

Fokus utama pemberdayaan diletakkan pada RT karena anggotanya berdomisili berdekatan sehingga saling mengenal. RT juga tidak dapat dibubarkan dan keanggotaannya sangat jelas. Kontrol dapat dilakukan setiap bulan melalui pertemuan bulanan sehingga lebih transparan.

Bagaimana peran pemerintah daerah? Belajar lah kepada Kabupaten Wonogiri. Di sana, Koperasi RT mendapat suntikan dana hibah bantuan APBD dan pinjaman Bank Pembangunan Daerah (BPD). Program ini diapresiasi sangat baik oleh warga.

Kreatifitas lain diciptakan oleh Kota Magelang. Bukan model koperasi yang dipakai sebagai bentuk pengelolaan keuangan nonbank, tetapi berupa lembaga keuangan kelurahan (LKK). LKK disponsori oleh Pemkot Magelang dan masyarakat kelurahan. Dikelola oleh masyarakat dalam rangka memfasilitasi pemenuhan kebutuhan mendapatkan dana, menyimpan uang, maupun kebutuhan usaha lain.

Lembaga ini dimaksudkan agar dapat memberikan fasilitas layanan kepada masyarakat secara langsung di bidang keuangan, permodalan, dan simpan pinjam dengan persyaratan yang relatif sederhana, ringan, tertib, dan lancar.

Produk atau bidang usaha yang dimiliki beragam. Ada simpanan alternatif bernama “Celengan Jago”, “Damas” (Dana Masyarakat), pinjaman barang “Alda” (Alat Dagang), pinjaman alternatif bernama “Pintar” (Pertanian Terpadu Hasil Besar).  Sumber dana diperoleh dari pemerintah, partisipasi masyarakat, dan bantuan kegiatan lain yang sah.

“Saya lebih cocok program Koperasi RT. Lebih menyentuh level masyarakat paling bawah,” komentar netizen yang calon golput tadi di grup publik Suara Pemilih Cerdas Balikpapan.

Ketika kemandirian ekonomi masyarakat pada level paling bawah telah terbangun, keuntungan yang tersimpan di lemari besi Koperasi RT dan LKK bisa diarahkan untuk pembangunan dan keperluan lainnya di lingkup RT dan kelurahan. Pada akhirnya, wali kota tak perlu lagi mengeluh lantaran dipusingkan permintaan bantuan hewan kurban dari ketua RT yang jumlahnya ribuan itu.

Dari kabupaten tetangga Penajam Paser Utara (PPU), pemerataan akses modal telah digulirkan sejak tahun 2005. Pada saat bank pemerintah meluncurkan program kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga pinjaman hingga 14 persen, PPU melalui bank perkreditan rakyat (BPR) pernah menggulirkan bunga pinjaman hanya sebesar empat persen.

“Ini cara PPU untuk keluar dari cara-cara biasa. Uang harus banyak beredar di masyarakat, bukan di pemerintah,” kata Bupati PPU Yusran Aspar.

Dari dana awal sebesar Rp 7 miliar, dana bergulir penyertaan modal bagi pelaku usaha yang telah disalurkan melalui BPR telah mencapai Rp 42 miliar. Bunga pinjaman dari dana bergulir itu hanya sebesar enam persen per tahun, dan BPR maupun Pemkab PPU memperoleh keuntungan tiga persen.
"Suku bunga pinjaman yang rendah mampu menggairahkan usaha mikro, kecil dan menengah," kata Winarno, Pimpinan BPR Ibadurrahman PPU.

Inovasi pemberdayaan lembaga ekonomi lokal seperti koperasi juga dilakukan di kabupaten pecahan Kabupaten Paser itu. Pada sektor perkebunan misalnya, konsepnya berwujud kemitraan antara koperasi kelompok plasma dengan perusahaan inti plasma. Ada pula koperasi peternakan.
“Model kemitraan membuat koperasi memiliki nilai tawar. Meski pihak perusahaan lebih banyak untung, minimal ada yang nyangkut ke koperasi,” ujar Yusran.

Begitulah, pelbagai inovasi penguatan akses modal terserak di banyak daerah.  Tentunya, program pemerataan distribusi akses modal disertai dengan program optimalisasi pemanfaatan bantuan modal tersebut.

Orang bijak mengatakan, setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya. Gunakan semua tenaga dan akal pikiran untuk berbuat, bukan hanya mengeluh, mengeluh, dan terus mengeluh. (ajid.kurniawan@kaltimpost.co.id)





Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: