WAKAPOLDA Kaltim Brigjen Pol Hendrawan tak langsung
membaca lembaran naskah sambutan kapolda. Di depan forum diskusi dengan inti
tema kejahatan terhadap anak pada akhir pekan lalu, jenderal bintang satu ini
terlebih dulu menanggapi pidato singkat Kompol Yolanda Sebayang. Andai sang
jenderal tahu ide kegiatan workshop yang akan dibukanya pada hari itu berawal dari
kongkow-kongkow, ia ingin sekali bergabung.
Dari kejauhan, saya yang pada hari itu harus
merangkap peran sebagai operator komputer masih dapat melihat ekspresi Yolanda.
Duduk berbaur bersama para narasumber yang mengenakan t-shirt bertuliskan “Save
Our Child”, senyum mengembang diperlihatkan polisi wanita yang menjabat
wakapolres Balikpapan itu.
Saya tahu, perwira wanita murah senyum itu sudah
menyiapkan naskah sambutan. Namun, dari paparan yang disampaikan, saya pun tahu
kalau naskah yang telah dipersiapkan akhirnya hanya tersimpan dalam dokumen
smartphone-nya.
Ke hadapan pejabat utama Polda Kaltim dan tamu
undangan yang memenuhi Grand Ballroom
Platinum Hotel, ia sampaikan bahwa ide acara yang berlangsung pada hari
itu tercetus dari kongkow-kongkow delapan mata. “Inilah hasil the power of kongkow-kongkow,” kata
Yolanda menceritakan latar belakang kegiatan Workshop Save Our Child.
Apa yang dikatakan Yolanda 100 persen benar. Nekat!
Itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan persiapan penyelenggaraannya.
Idenya bergulir pada tiga minggu sebelum
acara. Muncuat saat kongkow-kongkow.
The smiling woman itu memang
sudah cukup lama menjabat wakapolres Balikpapan. Namun, perkenalan saya dengan
polwan bertubuh langsing itu belum lah lama. Kongkow-kongkow delapan mata di
sebuah café di depan kantor Polres Balikpapan menjadi awal perkenalan dengannya.
Siang itu, Yo—sapaan akrab Yolanda datang bersama
Kompol Nina Ike Herawati, Kapolsek Balikpapan Selatan. Saya datang bersama
rekan sekantor Eddy Adha. Walau baru mengenal secara langsung, wajah dua
perempuan energik itu sudah sangat familiar bagi saya. Maklum, keduanya sangat
eksis di sosial media.
Melihatnya sikap keduanya yang terbuka, humble, tidak berjarak, dan
penampilannya yang selalu dihiasi senyum, saya yakin leadership dua polisi wanita itu telah memberi warna baru pada organisasi
Polres Balikpapan dan Polsek Balikpapan Selatan.
Sisi leadership
lain yakni cerdas dan berani mengambil risiko pribadi demi keberhasilan yang
lebih besar juga melekat pada keduanya. Kepribadian lain yang saya tangkap,
mereka juga memiliki selera humor yang baik.
Orang yang memiliki selera humor baik biasanya juga
memiliki toleransi yang tinggi, karena ia merasa tak harus selalu menjaga imej
di depan orang banyak. Ia akan mudah bergaul dan tak mudah tersinggung. Tentu, the power of smile menjadi selling point lainnya. “Jatuh pun saya
harus tersenyum,” kelakar Yo.
Kongkow-kongkow sekira dua jam diawali curhatan
Yo dan Nina. Mereka meminta pandangan mengenai aturan kapolri perihal
penggunaan media sosial. Tampaknya, muncul kecemasan pada diri mereka mengenai
pembatasan penggunaan media sosial itu. Kepada mereka, saya sampaikan tak perlu
cemas dengan aturan tersebut. Apalagi informasi dan foto-foto yang diunggah di
media sosial sebagai perekat hubungan antara institusi ataupun personal kepolisian dengan
masyarakat.
Saya berpendapat Polri justru harus respek terhadap
kekuatan media sosial, bahkan harus memberdayakan media sosial sebagai suatu
kekuatan sekaligus strategi untuk menyampaikan informasi secara berimbang.
Kemahiran mengelola media sosial sudah menjadi tuntutan untuk menjawab semua
pertanyaan dan opini publik. Agaknya, jawaban itu cukup memuaskan keduanya.
Terbukti, Yo dan Nina semakin eksis di media sosial.
Obrolan lantas berlanjut ke persoalan inti. Menggagas
kegiatan-kegiatan yang bisa disinergikan saat perayaan HUT ke-68 Polwan dan HUT
ke-15 Balikpapan Pos. Kebetulan, Hari Jadi Polwan dan HUT Balikpapan Pos jatuh
pada tanggal yang sama, 1 September. Sinergi menjadi pilihan tepat disaat
“musim defisit” melanda.
Tren peningkatan kasus kejahatan terhadap anak menjadi pilihan
tema workshop. Pekerjaan pertama adalah mencari narasumber yang berkompeten. Meski
waktu pelaksanaan mepet, Yo menginginkan sebagian besar narasumber memiliki
nama berskala nasional. Sesuai inti tema, pilihan narasumber utama dijatuhkan
pada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Dari sebuah portal kementerian,
terposting sebuah makalah dari Sekretaris KPAI Erlinda lengkap dengan surat
elektronik dan nomor handphone-nya.
Erlinda menyanggupi untuk hadir sebagai narasumber ketika dihubungi.
Kekuatan jejaring pertemanan mampu menarik narasumber lain yakni
motivator Bebet Darmawan, Kanit II Subdit IT dan Cyber Crime Bareskrim Mabes
Polri AKBP Nona Pricillia, Ernesta Siadari (International Criminal
Investigative Training Assistance Program/ICITAP), dan Manager Corporate
Communication PT Telkomsel Area Pamasuka Anton Mahendra untuk datang berbagi
ilmu.
Ide dan kerja yang serba set-set-swuet
serta direncanakan dan diputuskan dari kongkow-kongkow itu akhirnya bisa
terselenggara dan memberi warna lain pada perayaan HUT ke-15 Balikpapan Pos, HUT
ke-68 Polwan, dan HUT ke-64 HKGB tahun ini. Tentu tak ada gading yang tak
retak.
Terima kasih kepada Polwan Hera yang telah menata dengan sangat
baik rangkaian acara dengan suara empuknya. Juga Polwan Intan yang telah
menghibur tamu undangan dengan suara merdunya. Kalian polisi wanita hebat.
Terima kasih juga kepada Kapolres Balikpapan AKBP Jeffri D. Juniarta. Chemestry yang terbangun dengan Wakapolres
Kompol Yolanda memberi andil besar pada kesuksesan kegiatan bersinergi ini. Teristimewa
kepada Wakapolda Kaltim Brigjen Pol Hendrawan yang telah menghadiahi topi
jenderal kepada Balikpapan Pos.
Sukses penyelenggaraan rangkaian acara menjadi bukti kemampuan
polisi wanita sebagai event organizer. Bukti kekuatan kongkow-kongkow.
Bagaimana menurut anda? (*)