ads header

Sunday, July 3, 2016

Harga Diri Kalimantan Timur

0
Apabila padi menguning melambai di sawah, beralasan kiranya bagi sang petani untuk untuk tersenyum bangga. Jerih payahnya selama beberapa bulan akhirnya berhasil. Gabungan faktor-faktor produksi seperti kekayaan alam, tenaga kerja, modal dan kecakapan telah tergodok menghasilkan lambaian padi menguning ini. Apakabar pertanian Kaltim?
 “KALSEL adalah masa lalu, Kaltim masa kini, dan Kalteng adalah masa depan Kalimantan,” ucap seorang pejabat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Tengah. Analisis tentang masa depan ekonomi provinsi-provinsi di Pulau Kalimantan itu disampaikan empat tahun lalu. Ia hadir pada acara syukuran pengurus baru Kadin Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) di bawah nakhoda Ansen Tue.
Jika Provinsi Kalimantan Barat tidak masuk dalam analisisnya, itu karena alasan konektivitas Kalbar dengan tiga provinsi lainnya belum cukup baik. Sebagai pejabat BI, analisis itu tentu didasarkan pada data dan fakta. Pertumbuhan ekonomi provinsi termuda (sebelum Kalimantan Utara menjadi daerah otonom baru, Red.) tersebut  relatif terkendali bahkan yang tertinggi se Kalimantan. Dua tahun terakhir pada 2014 dan 2015, laju pertumbuhan ekonomi di Bumi Tambun Bungai mencapai 6,21% dan 7,01%. 
Memang terjadi perlambatan sebesar 5,2% pada triwulan pertama 2016 dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 6,6% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan yang terjadi utamanya didorong oleh melambatnya konsumsi pemerintah dan investasi. Sementara di sisi sektoral perlambatan pada sektor pertanian menjadi faktor penahan pertumbuhan di awal tahun 2016.
Namun, Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Kalteng pada triwulan II 2016 akan membaik dan diperkirakan berada dalam rentang 6,4% - 6,9% (yoy). Peningkatan produksi komoditas tabama dan perkebunan pada triwulan II 2016 diperkirakan akan mendorong peningkatan pertumbuhan sektor pertanian. Peningkatan sektor perdagangan juga diperkirakan akan turut mendorong pertumbuhan triwulan mendatang.
Pada 11 Maret 2016, Musrenbang Regional Kalimantan 2016  digelar di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta. Tema “Memacu Pembangunan Kalimantan untuk Masa Depan Indonesia” dipaparkan oleh Pj Gubernur Kalteng Hadi Prabowo selaku kordinator Forum Kerjasama Revitalisasi dan Percepatan Pembangunan Regional Kalimantan (FKRPPRK).
Patok banding kinerja empat provinsi pun terpapar. Pada pertumbuhan ekonomi selama tiga tahun (2013-2015) misalnya, hampir seluruh provinsi di Pulau Kalimantan mengalami penurunan. Bahkan Kalimantan Timur merosot tajam hingga minus 0,85%. Hanya Kalteng satu-satunya provinsi yang mengalami peningkatan 7,01%.  Pertumbuhan positif yang dicapai Kalteng disebabkan hampir seluruh sektor lapangan usaha bertumbuh dan sektor pertaniannya lebih mendominasi. 
Terpuruk pada kinerja pertumbuhan ekonomi  dibandingkan provinsi lain, wajah Gubernur Kaltim masih terselamatkan oleh kontribusi Kaltim sebagai provinsi terbesar penyumbang PDRB Kalimantan. Dari total PDRB Kalimantan, Kaltim berkontribusi 59,49%.
Namun, ketertinggalan lagi-lagi diperlihatkan Kaltim pada sektor pertanian. Produksi dan kebutuhan pangan Kaltim tertinggal jauh dibandingkan tiga provinsi lain. Bahkan antara produksi dan kebutuhan pangan berupa padi, beras, jagung, kedelai, sayuran, dan daging, Kaltim merupakan satu-satunya provinsi yang seluruhnya minus (selengkapnya lihat grafis).
Tampaklah bahwa program revitalisasi pertanian hanyalah sebuah program minus hasil. Program food estate yang dibanggakan jalan di tempat. Nyaris tanpa bukti. 
Gabungan faktor-faktor produksi seperti kekayaan alam, tenaga kerja, modal dan kecakapan belum mampu menghasilkan padi, atau komoditas pertanian lain seperti jagung, kedelai, sayuran, dan daging yang mencukupi kebutuhan masyarakat Kaltim. Hingga berkatalah mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan pada suatu kesempatan. "Kami cabut dari Kalimantan Timur. Semua itu (intensifikasi lahan sawah) hanya omong kosong. Tidak ada tanah 100 ribu hektare,” kata Dahlan lantas memindahkan food estateke Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. 
Slogan Angin Surga
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kaltim Slamet Brotosiswoyo masih merekam pernyataan Ketua DPP Apindo Sofyan Wanandi. Dua tahun lalu, Sofyan Wanandi telah memberikan early warning kepada Kaltim. Jika provinsi ini masih mengandalkan pondasi ekonominya dari pembagian hasil migas dan batu bara, bersiaplah Kaltim akan mengalami kebangkrutan ekonomi. 
“Dan early warning dari Pak Sofyan dua tahun lalu itu sudah menjadi bencana ekonomi pada setahun terakhir ini,” kata Slamet kepada Kaltim Weekly.
Ia meyakini Pemprov Kaltim dan kabupaten/kota se Kaltim sangat memahami hal itu. Secara konseptual program, Kaltim juga telah memilikinya. “Pertanyaannya besarnya adalah apakah program-program dan konsensus bersama Kaltim Maju itu benar-benar dijalankan atau tidak. Itu kalau pemerintah tidak mau dinilai membuat slogan angin surga,” kata dia.
Terkait pertumbuhan ekonomi Kaltim yang mengalami penurunan ekstrem hingga di angka minus, menurut Slamet diperlukan kerja ekstra keras untuk memulihkannya. Dalam situasi ekonomi sulit, target pertumbuhan ekonomi haruslah realistis. “Bisa mempertahankan ekonomi seperti yang sekarang saja sudah baik. Jangan terlalu muluk, nanti malah semakin terpuruk,” ujarnya.
Ia pun meyakini bahwa pemerintah provinsi telah memiliki jawaban-jawaban untuk mengatasinya. Hilirisasi komoditas tambang, gas alam cair, dan perkebunan jangan hanya dibuat di atas kertas, tetapi harus bisa dibuktikan.
“Pemerintah provinsi sudah tahu apa yang harus dilakukan. Yang dituntut adalah membuktikannya dengan kerja, kerja, dan kerja,” katanya.
Ia menilai Kaltim masih menjadi primadona investasi di regional Kalimantan. Pertumbuhan ekonomi yang mengalami penurunan semestinya menjadi momentum bagi investor untuk berinvestasi di Kaltim. Segala potensi faktor-faktor produksi yang dimiliki Kaltim harus disebarluaskan dan diketahui oleh investor. “Layani investor yang masuk Kaltim dengan pelayanan VIP. Kondisi ekonomi Kaltim sekarang sedang tidak normal,” ujarnya.
Namun, harus pula diakuinya bahwa slogan pelayanan prima perizinan di Kaltim hanya  semanis pada ucapan. Masih terlalu banyak aturan-aturan yang memusingkan pengusaha. Prinsip pelayanan mudah, cepat, dan murah belum terbukti secara faktual. “Benar bahwa telah ada institusi perizinan satu atap. Tapi sebelum masuk ke pelayanan satu atap, masih banyak hambatan perizinannya. Contoh kecilnya adalah pengurusan pajak bumi dan bangunan (PBB),” urainya.
Menurutnya pelemahan sektor migas dan batu bara  memiliki dampak sangat luar biasa terhadap sektor ekonomi di Kaltim. Bayang-bayang suram itu akan semakin diperlihatkan manakala dua perusahaan besar di sektor migas yakni Chevron dan Total E&P Indonesie benar-benar hengkang dari Kaltim. Keadaan ini semakin diperparah dengan penurunan dana bagi hasil (DBH) migas hingga 50-60 persen. 
“Jujur, saya ngeri memikirkan bagaimana keadaan tahun-tahun ke depan. Sekarang saja, sudah lebih dari 2000 unit alat berat milik perusahaan-perusahaan yang ditarik olehleasing,” beber Slamet.
Di sisi lain, sejumlah proyek-proyek pengembangan kawasan industri yang telah dicanangkan seperti kawasan industri Kariangau dan Buluminung, Bontang, Maloy, serta pengembangan kawasan industri berbasis pertanian dan pariwisata di sejumlah kabupaten, wujudnya  masih banyak di atas kertas. 
“Pemerintah jangan membuai masyarakat dengan angka-angka keberhasilan yang sejatinya kurang berhasil. Itu dosa.  Slogan yang dibuat tidak melihat situasi,” ujarnya.
Pada akhirnya, kerja membangun adalah kerja yang menggembirakan, apalagi kalau hasil yang dicapai sesuai dengan dana yang dikeluarkan. Tapi banyak proyek di Bumi Etam yang tidak menunjukkan kesesuaian. Bagaimanapun, dengan banyak cacat di sana-sini, penebusan dosa yang paling tepat adalah dengan bekerja dan merevolusi mental. 
AJID KURNIAWAN
Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: