BETAPA meruginya
saat melancong ke negeri orang namun tak banyak yang diketahui dari negeri yang
dikunjungi. Pikiran itulah yang terlintas dibenak saya sebelum bertolak ke
Bangkok, Thailand. Maklum, perjalanan ke Bangkok kali ini bukanlah acara
traveling. Melihat rundown acara
kegiatan kongres WAN-IFRA (World Association of Newspaper and News Publishers),
selama empat hari kegiatan kongres (2-5 Juni), semuanya berlangsung di satu
tempat, di Hotel Centara Grand.
Walaupun
Centara Grand Hotel terintegrasi dengan Central World--pusat belanja terbesar
dan terlengkap di Bangkok, keinginan untuk mengetahui kawasan belanja dan
wisata lainnya tak bisa dibendung. Rupanya, perasaan yang sama juga dialami oleh delegasi lainnya. Di
beberapa sesi diskusi World Editors Forum
yang saya ikuti, deretan kursi dalam jumlah cukup banyak tampak kosong
ditinggal penghuninya.
Selidik punya
selidik, mereka sengaja meninggalkan sesi diskusi demi tujuan lain, yakni
jalan-jalan di Kota Bangkok. Bahkan beberapa delegasi lainnya ada yang
meninggalkan Kota Bangkok menuju kawasan wisata pantai, Pattaya. Acara
“ngelencer” diam-diam ini terbongkar saat sarapan pagi di hotel tempat kami
menginap.
Terhadap
delegasi Jawa Pos Grup dengan jumlah
peserta sebanyak 80 orang, tentu saya bisa mengidentifikasi siapa saja yang
meninggalkan ruangan saat sesi diskusi berlangsung. Dan hampir sebagian besar
dari wajah-wajah mereka “menghilang” di hari ketiga sesi diskusi. Rupanya di
antara beberapa CEO Grup telah melakukan “meeting khusus” dengan agenda utama pesiar
ke Pattaya. Kebetulan, CEO kami (Kaltim Post Group) tidak menghadiri kongres
WAN-IFRA. Karenanya, informasi “pertemuan khusus” itu tidak kami ketahui.
Praktis, saya bersama Chrisna Endrawijaya, Pemred Kaltim Post dan Agus Dwi
Wahyudi, Koordinator Divisi Kreatif Kaltim Post, tertinggal di ruangan diskusi.
Melihat
situasi ini, kami pun bersepakat mencuri waktu untuk tidak menghadiri dua sesi
diskusi. Meninggalkan Centara Grand dengan berjalan kaki, tujuan kami adalah menemui
‘Soekarno’ ke Museum Madame Tussaud di Siam Square. Jarak Siam Square dari
Centara Grand tidak terlalu jauh. Hanya butuh waktu sekitar 10 menit dengan
berjalan kaki.
Soekarno di
Museum Madame Tussaud mengenakan baju resmi kenegaraan warna putih lengkap
dengan atribut di dada kiri dan dasi. Peci hitam di ujung atas, dan sepatu PDH
dengan warna sama di ujung bawah. Si pemahat mengambil ekspresi Soekarno ketika
tengah tersenyum ramah. Kedua tangan menyatu di depan.
Patung lilin Soekarno
ini penggarapannya memang tidak sembarangan. Benar-benar memperlihatkan detil.
Bahkan ketika diresmikan pada 24 September tahun lalu, pihak Museum Madame
Tussaud mengundang putri Soekarno yang juga presiden kelima RI Megawati
Soekarnoputri.
Di Museum Maddame Tussaud Bangkok, Soekarno bergabung dengan tokoh-tokoh dunia lainnya yang secara fisiknya diabadikan dalam bentuk patung lilin. Di kategori tokoh politik misalnya ada Mahatma Gandhi, dan Barrack Obama.
Di museum,
saya bertemu dengan dengan
rombongan wisatawan asal Kota Solo. Sekitar satu jam di lokasi, para
tokoh politik kurang populer untuk dijadikan objek foto. Para pengunjung lebih
tertarik untuk berfoto bersama dengan figur olahraga seperti David Beckham,
Cristiano Ronaldo dan Yao Ming.
Para
pengunjung juga tampak ekpresif ketika berfoto bersama figur-figur dari dunia
entertainment seperti penyanyi Michael Jackson, Justin Bieber dan bintang film
Angelina Jolie. Para figur yang diabadikan dalam patung lilin ini ekspresi dan
gayanya berbeda. Ada yang melakukan gerakan sit up seperti Beckham, pasang
kuda-kuda ala Bruce Lee, ada juga yang sedang duduk santai seperti patung Oprah
Winfrey, presenter kondang asal Amerika Serikat.
Thailand
sebagai tuan rumah kongres WAN-IFRA agaknya sangat memahami apa yang diinginkan
para delegasi kongres. Padatnya kegiatan selama kongres berlangsung dan banyak
dihabiskan di ruangan hotel disiasati dengan mengenalkan identitas Thailand di
arena kongres. Bukan sekadar melalui pertunjukkan seni di atas panggung saat
acara welcome party atau gala dinner, di sela sesi coffee break
atau makan siang, para delegasi diberikan sesi waktu untuk berfoto bersama
warga Thailand. Ada yang mengenakan pakaian kerajaan, beladiri Muay Thai,
hingga dara-dara cantik yang mengenakan busana Thailand dari masa ke masa. Mereka
sengaja didatangkan ke arena kongres. Tentu saja, sebagian besar para delegasi
memanfaatkan momentum tersebut. (jid@radarsampit.com)