ads header

Friday, September 9, 2016

Bangkok yang Dulu Semrawut

0


Memotret sebuah kota dengan beragam persoalannya lalu membandingkannya dengan kota-kota lain di dunia atau di Indonesia selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi saya. Membaca isi pamflet “Bangkok Smiles” yang bisa didapatkan dengan mudah di area-area publik, Pemerintah Thailand berani mengklaim ibu kota Negeri Gajah Putih itu sebagai “World’s of Best City”. 


Bagi Thailand, Kota Bangkok merupakan sebuah simbol yang harus diceritakan kepada khalayak dunia. Bahwa kota itu memiliki histori panjang nasionalisme, sekaligus cermin kota masa depan. Bangkok memang sedang giat-giatnya memodernasi diri. Potret modernisasi itu sudah terlihat saat menginjakkan kaki di terminal Bandara Suvarnabhumi. Langit-langitnya tinggi, struktur bangunannya sengaja diperlihatkan.

Modernitas Bandara Suvarnabhumi bukan pembanding yang sepadan dengan Bandara Soekarno-Hatta, karena sudah tertinggal sangat jauh. Bandara kebanggaan rakyat Thailand itu baru sepadan jika dibandingkan dengan  Kuala Lumpur Airport International (KLAI) atau Bandara Changi, Singapura. Dari luar, kemegahan bandara berlantai empat dengan masing-masing lantai terdapat jalur taksinya itu terlihat dengan jelas. Parkir kendaraan di bandara tak lagi boros lahan karena menggunakan sistem parkir bertingkat.


Melihat layout Kota Bangkok, tampak jelas jika Bangkok awalnya sebuah kota yang semrawut dan tidak teratur. Namun lambat laun, kemauan kuat Pemerintahan Kota Bangkok dan masyarakatnya untuk membenahi kotanya seiring meningkatnya wisatawan mulai menampakkan hasil.  Hal pertama yang dilakukan adalah membersihkan sidewalks atau trotoar. Selain harus bersih dari kaki lima, trotoar juga harus ditata, paving block-nya harus rapi dan tahan lama. Meski begitu, Pemerintahan Kota Bangkok masih memberikan toleransi kepada para pedagang kaki lima (PKL) untuk berjualan di trotoar pada malam hari. 


Bangkok sebagai Ibu Kota Thailand tidak terlalu banyak perbedaannya dengan kota-kota besar di negara lain, khususnya Asia Tenggara. Begitu pun permasalahannya. Soal kemacetan lalu lintas, misalnya, kepadatan kendaraan memang beberapa kali terjadi, namun dalam waktu singkat segera dapat terurai dengan sendirinya, karena volume kendaraan yang memang tidak begitu banyak. Jika membandingkannya dengan kemacetan di Jakarta, kemacetan di Kota Bangkok tidak terlalu parah, karena sistem transportasi massa di Kota Bangkok lebih maju selangkah dari Jakarta.


Jika Jakarta baru mewacanakan akan membangun Mass Rapid Transportation (MRT), di Bangkok MRT dengan jenis Sky Train telah dinikmati oleh masyarakatnya. MRT di Bangkok dikenal dengan nama Bangkok Mass Transit System atau biasa disebut BTS Sky Train. BTS sudah diluncurkan pada Desember 1999 setelah gagasan untuk pembangunan secara nyata muncul pada 1992.


Penjelasan pimpinan media Bangkok Post, pembangunan stasiun dan rel-rel BTS serta infrastruktur lain sebenarnya tidak semudah itu. Dalam kurun waktu 1992-1999, pemerintah kota Bangkok mendapatkan perlawanan dari sejumlah unsur masyarakat yang mempertanyakan bentuk model transportasi massa itu. Ada yang beranggapan belum perlu. Tak sedikit pula yang beranggapan jalur kereta api yang berada di ketinggian, akan membuat gangguan tersendiri pada tata kota.


Di tengah kritik dan keraguan, pembangunan tetap dilakukan. Dan pada 1999, BTS resmi me-launching Sky Train. Nah, pada saat peluncuran ini ada hal yang menarik. Meski ada gelombang penolakan, ternyata masyarakat Bangkok cukup penasaran dengan kereta yang melaju di jalur tinggi ini. Setelah ada penambahan infrastruktur, pada tahun 2013 ini, BTS setiap harinya membawa 600.000 orang. Pada tahun ini Bangkok memiliki 32 stasiun.


Keberadaan BTS sangat signifikan dalam mobilitas penduduk kota Bangkok setiap harinya, sekaligus dapat mengurangi jumlah kendaraaan di jalan aspal. Stasiun BTS juga terintegrasi dengan terminal kereta bawah tanah yang diresmikan pada tahun 2004.


Bangkok memiliki luas wilayah 1. 568 kilometer persegi, dua kali lipat luasnya dari DKI Jakarta yang memiliki luas 740,28 kilomoter persegi. Namun dengan sistem transportasi Sky Train yang dipadu dengan Subway Train, Bangkok melayani warganya dalam urusan mobilitas, tanpa kendala berarti.


Modernisasi Kota Bangkok terlihat dengan jelas saat melintasi kawasan Shukumvit. Sebuah kawasan yang menjadi bukti nyata kegagahan ekonomi Thailand yang stabil dan progresif dari waktu ke waktu. Jajaran gedung-gedung pencakar langit berbagi tempat dengan taman-taman hijau dan ruang terbuka. Juga kedai-kedai kuliner yang ditata apik, sehingga makin menambah lengkap distrik ini. Jalan-jalan yang lebar, flyover-flyover yang apik, dan skytrain yang melintas membuat Kota Bangkok menjadi ibu kota paling baik ke tiga di ASEAN setelah Singapura dan Kuala Lumpur. 


Karakter Kosmopolitan Bangkok juga dengan gagah diperlihatkan  Bangkok City Tower yang terletak di Central Business District.  Daerah ini menjadi rumah perusahaan besar, kedutaan besar, bank dan perusahaan investasi di Bangkok. Lokasi menguntungkan dari Bangkok City Tower membuatnya menjadi tempat pilihan untuk mendirikan kantor untuk beberapa perusahaan terbesar di Bangkok. Bangunan dapat ditemukan di persimpangan utama antara Sathorn Road dan Narathiwas Rajanagarindra Road. Sathorn memiliki sejumlah perusahaan komersial menduduki tempat dan umumnya dianggap menjadi bagian kelas atas kota Bangkok.


Pemerintah Kota Bangkok memandang sungai Chao Phraya dan kanal-kanal sungai yang membelah kota sebagai aset. Bangkok benar-benar mengoptimalisasi sungai untuk kepentingan wisata. Potensi yang sebenarnya juga dimiliki oleh Kalimantan Tengah, namun belum tergarap. Di siang hari, wisatawan bisa menikmati obyek wisata menarik yang terletak di tepi sungai Chao Phraya dari atas perahu. Sungai Chao Prhaya juga dinikmati pada malam hari. Gemerlap Kota Bangkok bisa dinikmati sambil santap malam dengan menyusuri sungai. Cukup merogoh kocek sekitar 1.500 bath.  (jid@radarsampit.com)


Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: