ads header

Saturday, September 10, 2016

Indonesia 2030

0


VISI 2030: Chairul Tanjung, Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) berdiskusi dengan para pimred Jawa Pos Grup.  

PERNAH mendengar Visi Indonesia 2030? Ketika sumbangsih pemikiran Yayasan Indonesia Forum (YIF) itu di-launching pada tahun 2006, tidak sedikit pihak yang sinis. Gagasan itu dianggap khayalan dan mimpi yang tidak punya data dan fakta. Namun cibiran dan ejekan itu tak menyurutkan semangat orang-orang yang berhimpun dalam YIF. Empat tahun sudah Visi Indonesia 2030 digemakan ke berbagai penjuru di tanah air. 

“Visi Indonesia 2030 dibangun dengan optimisme yang rasional. Dasar rasional dibentuk melalui proses yang terarah, berdasarkan kajian yang komprehensif, dan dapat dipertanggungjawabkan,” tegas Chairul Tanjung, Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) saat berdiskusi dengan para Pemimpin Redaksi Jawa Pos Group, di Jakarta.

Menurut Chairul Tanjung, Visi Indonesia 2030 merupakan kerangka dasar yang perlu ditanggapi dan diberi masukan oleh berbagai elemen bangsa lainnya. Visi ini ditopang oleh pencapaian utama. Pertama, Indonesia akan masuk dalam lima besar kekuatan ekonomi dunia. Kedua, tahun 2030 sedikitnya 30 perusahaan Indonesia masuk daftar 500 perusahaan besar dunia. Ketiga, adanya pengelolaan alam yang berkelanjutan dan keempat, terwujudnya kualitas hidup modern yang merata.

Saat ini Indonesia berada pada kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah. Posisi ini akan bertahan hingga tahun 2015. Setelah itu, Indonesia masuk sebagai negara berpendapatan menengah ke atas. 

“Industrialisasi menjadi katalisator akumulasi modal menuju negara maju dengan kontribusi terbesar dari sektor jasa,” papar pengusaha dengan total kekayaan US$ 1 miliar pada awal 2010 sebagaimana dilansir Majalah Forbes.

Bos Para Grup yang baru saja melakukan pembelian 40 persen saham dari PT Carrefour Indonesia ini mengasumsikan pencapaian visi itu akan terealisasi jika pertumbuhan ekonomi riil rata-rata 7,62 persen, laju inflasi 4,95 persen, dan pertumbuhan penduduk rata-rata 1,12 persen per tahun. Pada 2030, dengan jumlah penduduk sebesar 285 juta jiwa, produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai 5,1 triliun dollar AS.

"Memang tidak semudah membalikkan tangan. Perlu cara dan proses bertahap serta waktu panjang. Pengelolaan anggaran yang saat ini secara by process harus menjadi by result," kata dokter gigi jebolan Universitas Indonesia (UI) ini.

Untuk mewujudkan visi itu, Yayasan Indonesia Forum mensyaratkan utama tercapainya tiga keharusan. Pertama, ekonomi berbasis keseimbangan pasar terbuka dengan dukungan birokrasi yang efektif. Kedua, adanya pembangunan berbasis sumber daya alam, manusia, modal, serta teknologi yang berkualitas dan berkelanjutan. Ketiga, perekonomian yang terintegrasi dengan kawasan sekitar dan global.

Selain itu, lanjut Chairul, harus ada sinergi tiga kelompok, yaitu wirausaha, birokrasi, dan pekerja. “Sinergi ini mengarah pada peningkatan daya saing global perekonomian Indonesia,” ujar Bos PT. Bank Mega Tbk tersebut.

Agar Indonesia menjadi negara maju, kata Chairul, perlu diciptakan pertumbuhan ekonomi baru di daerah-daerah. Minimal, dalam satu provinsi harus ada dua pusat pertumbuhan ekonomi. “Investor harus dibujuk agar jangan berinventasi di Jakarta saja. Gubernur, bupati dan walikota harus didorong bermitra dengan pengusaha, daerah harus jemput bola,” imbaunya. (*)

Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: