CERITA tentang jor-joran pemerintah Arab Saudi menggelontorkan
dana hingga triliunan rupiah untuk program penghijauan kota adalah cerita lama.
Bagi saya, tetap saja ada keraguan menyangkut tingkat keberhasilan tumbuh
tanaman dan pepohonan yang ditanam.
Terlebih lagi jika tanaman dan pepohonan
itu adalah jenis exotic (didatangkan dari negara luar, Red.). Cerita suksesnya belum saya yakini sebelum
melihatnya secara langsung.
Pemahaman saya secara teori, diperlukan
adaptasi yang sangat ekstrem bagi tanaman dari negeri beriklim tropis untuk
bisa tumbuh di Arab Saudi yang beriklim subtropis. Belum lagi dihadapkan pada
kondisi alam yang tandus berupa padang
pasir dan tanah berbatu, serta keterbatasan air.
Namun di luar perkiraan,
sesuatu yang rasanya tidak mungkin itu menjadi mungkin. Semangat dan kekuatan uang
mampu menyulap padang tandus menjadi hijau. Tanaman dan pepohonan yang
didatangkan dari negara lain termasuk dari Indonesia, seperti kelapa, mangga,
pepaya, mlandingan (pohon Soekarno) dan pisang bisa tumbuh subur di Arab Saudi.
Berkeliling
menyusuri kota Makkah, Madinah dan Jeddah, akan terlihat kawasan
hijau berupa taman-taman yang ditumbuhi pepohonan di berbagai sudut kota.
Tanaman dan pepohonan jenis tertentu tampak menghiasi jalan-jalan protokol, area
publik, kawasan perbelanjaan, dan tempat-tempat bersejarah. Walau hanya
beberapa jenis, kondisi perkembangan
pepohonan
tersebut terlihat cukup subur untuk menghijaukan kota Makkah, Madinah dan Jeddah.
Tanaman jenis
bunga-bungaan yang ditanam pemerintah Arab Saudi ternyata juga berkembang dengan baik. Bunga-bunga
warna warni tersebut banyak ditanam di kawasan median jalan, di bawah
pepohonan besar yang hijau, seperti terlihat perjalanan antara Masjidil Haram
ke masjid Tan’im atau ke masjid Jah Ranah, dua
wilayah kawasan mikat untuk melaksanakan umrah.
Yang menarik, pohon mangga juga bisa tumbuh subur dan berbuah di Arab Saudi. Tapi sejauh ini belum ada buah mangga
lokal dipasaran. Sementara Mesir yang kondisi alamnya notabene sama dengan Arab Saudi, mangga sudah dibudidayakan
besar-besaran dan produk mangga Mesir bisa ditemui di Arab Saudi.
Kini sudah mulai ada yang menjual benih dan
pohon
muda dalam pot (tabulampot).
Salah satu tempat yang paling
menghijau, tidak
kalah dengan kawasan lain yang berhujan, ada di pinggir pantai Jeddah, sebuah
kawasan wisata yang benar-benar hijau dan asri. Kawasan itu lebih terkenal di
kalangan jamaah dengan tempat terletaknya Masjid Terapung.
Tempat yang berada di pinggir Laut
Merah
ini dipercantik jalan-jalan besar dan beraspal
mulus tanpa persimpangan. Di kawasan wisata pantai ini digunakan jalur bawah
tanah sebagai cara menghindari persimpangan seperti halnya di pusat-pusat kota.
Di kawasan yang sudah pasti dulunya
gersang dan kering kerontang,
kini dipenuhi berbagai macam tanaman mulai dari pepohonan dan berbagai
macam bunga. Bahkan kelapa ditanam berdampingan
dengan pohon kurma
sebagai hiasan di tempat ini. Pohon kelapa juga ditanam di kawasan niaga Corniche, Jeddah dan beberapa
ruas jalan menuju pantai. Pun bisa dilihat di sekitar bandara King Abdul Aziz.
Sebagai taman,
tentu saja tidak ketinggalan rumput lapangan berbagai jenis dan kolam-kolam
dengan air mancurnya. Pohon-pohon yang memberikan keteduhan menjadi bagian yang
sangat menarik di tempat ini. Persis di depan Al
Baia, hotel tempat kami menginap di Jeddah, ada ruang terbuka hijau yang banyak
ditanami pohon kelapa dan kurma. Air untuk menyiram pepohonan bukan menjadi
kendala karena area hijau itu juga terdapat danau buatan.
Keberhasilan
penghijauan di Arab Saudi sudah barang tentu berkat kesungguhan
pemerintah setempat bersama rakyat untuk menghijaukan wilayahnya.
Tentu saja kekuatan uang juga memiliki andil sangat
besar. Padang
gersang tanpa hujan bisa
mereka sulap menjadi kawasan hijau dan asri. Asalkan ada kemauan kuat, tak ada yang tak mungkin. (jid)