ads header

Thursday, March 31, 2016

Kapal Nabi Nuh dan Pendidikan

0
PENDIDIDIKAN DI NEGERI KITA: Menteri Pendidikan Muhammad Nuh.

TUHAN telah memilih Nabi Nuh untuk menyelamatkan makhluk hidup ketika bumi dilanda banjir pada 5000 tahun silam. Kisah Nabi Nuh sebagai sosok yang membawa kebaikan dan menyelamatkan umat manusia dari bencana banjir besar dengan sebuah kapal merupakan pesan kehidupan yang perlu direnungkan.

Pengandaian cerita penyelamatan Nabi Nuh itu terulang di Hotel Aston Tropicana, Bandung. Sudah cukup lama, sekira empat tahun lalu. Dan kapal penyelamat Nabi Nuh itu bernama “Bahtera Pendidikan”. Tokoh Nabi Nuh diperankan cukup baik oleh Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) saat itu.

Cerita diawali dengan pemaparan Muhammad Nuh tentang apa dan bagaimana “Bahtera Pendidikan” itu. Saya dan kawan-kawan bagaikan penduduk yang tidak sabar ingin memasuki perahu besar penyelamat, tapi harus mendengarkan pemaparan “Nabi Nuh” terlebih dahulu.

Pak Nuh, biasa Muhammad Nuh disapa mempunyai rumus yang selalu disampaikan kepada pengelola pendidikan, yakni tak boleh ada kekhawatiran akan kehabisan persoalan. Argumentasinya, pendidikan mengurus manusia dan manusia adalah bagian dari persoalan itu sendiri. Pendidikan juga terkait dengan ilmu, di mana ilmu tidak akan pernah selesai dan selalu berkembang. Pendidikan juga berkaitan dengan masa depan, dan masa depan tidak bisa dipastikan.

“Karena persoalan pendidikan sudah sangat banyak, maka jangan mempersoalkan pendidikan. Yang diperlukan adalah jawaban,” kata Pak Nuh.

Menurut Pak Nuh, ada yang membedakan cara pandang seseorang dalam melihat suatu persoalan. Mereka yang berlatar belakang educated people seharusnya memiliki mindset bagaimana caranya menyelesaikan persoalan. Bukan menciptakan persoalan baru.

“Mereka yang mempunyai cara pikir how to get the new problem, biasanya menjelang akhir hayatnya akan ditimpa kesulitan,” ucapnya.

Nuh menganologikan hidup seperti orang yang sedang kuliah. Ketika seorang mahasiswa bisa memecahkan soal ujian, maka ia akan keluar ruangan dengan wajah sumringah. Sebaliknya, mahasiswa yang tidak bisa menyelesaikan soal ujian, ia akan keluar ruangan dengan wajah muram. Karena itu, mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan tidak boleh marah manakala mendapat kritikan, karena pendidikan melibatkan banyak kepentingan.

“Masalah selalu ada itu jelas. Domain orang pendidikan memang tidak boleh marah. Kalau memang ada masalah, mari diselesaikan,” kata putra ketiga dari 10 bersaudara yang lahir di Surabaya ini.

Agar semakin percaya bahwa “bahtera pendidikan” telah penuh sesak dengan permasalahan, kami disuguhkan berbagai data permasalahan yang harus ditangani oleh Kemendiknas. Pak Nuh juga merasa perlu untuk menjelaskan fase-fase pendidikan pada 50an tahun pertama dan fase selanjutnya.

Pada fase 50-an tahun pertama, ia menyebutnya sebagai masa peletakan pondasi dan eksperimentasi. Jika pada masa ini terjadi koreksi, menurutnya tidak salah karena ada unsur trial and error. “Namanya saja coba-coba (trial and error), kalau hasil akhirnya error, ya betul saja. Kecuali trial and true,” ucapnya.

Fase 50 tahun berikutnya disebut sebagai fase ancer-ancer pendidikan Indonesia bisa menembus 12 besar dunia. Dan pada tahun 2025 bisa menembus delapan besar dunia.

“Ada yang mengatakan bisa menembus delapan besar dunia itu mimpi. Orang yang berkata seperti itu tanda-tanda tidak punya percaya diri. Optimis saja susah,” tukasnya.

Ada sisi humanis lain yang baru saya ketahui dari sosok Pak Nuh. Selain dikenal bersahaja, Arek Suroboyo itu tak pernah kehabisan bahan lelucon. Pengamatan mata batinnya, banyak orang-orang sukses di negeri ini memiliki kisah getir di masa kecil. Kata Pak Nuh, seseorang yang telah kaya sedari kecil hingga dewasa dan seseorang yang harus bekerja keras sebelum menggapai kesuksesan dapat dilihat dari gurat wajah dan sinyal syaraf saat bersalaman.

“Struktur pundak dan betis antara orang kaya dan miskin itu kelihatan sekali perbedaannya. Struktur otot orang kaya itu bagus, sedangkan orang miskin tidak teratur. Tentu beda struktur otot penarik becak dengan olahragawan,” lelucon Pak Nuh.

Dari data yang disampaikan, diketahui bahwa angka putus sekolah yang cukup besar mulai jenjang SD hingga SMA harus menjadi perhatian. Nuh berpandangan karena putus sekolah disebabkan faktor ekonomi, maka solusinya harus diselesaikan secara ekonomi pula. “Jika si miskin tidak diberi kesempatan bersekolah, akan terjadi proses pemiskinan substansial,” ujarnya.

Sejak 2010, Kemendiknas mengeluarkan kebijakan agar setiap PTN wajib menerima 20 persen mahasiswanya dari keluarga miskin. “Sekarang bukan zamannya lagi orang miskin tidak bisa kuliah asalkan akademiknya baik,” ujarnya.

Cukup banyak persoalan dari sejumlah daerah yang diajukan kepada mendiknas. Kepada Pak Nuh, saya menanyakan pengelolaan anggaran pendidikan yang besar dan rawan penyelewengan sehingga menjadi fokus penyelidikan aparat hukum.

Nuh rupanya sangat menyadari adanya kekhawatiran dari sejumlah pihak akan ketidakmampuan pengelolaan anggaran pendidikan yang besar. Khawatir boros, tidak tepat sasaran, dan berisiko dalam pengelolaannya.

Menjawab pertanyaan itu, Nuh mengatakan sudah saatnya pengelolaan anggaran harus dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi dan efektivitas. Sangat berbahaya apabila dana pendidikan yang besar tidak dikelola dengan benar. Efisiensi dan efektivitas dilakukan dengan pendekatan berbasis sumberdaya.

“Misalnya penggunaan satu sekolah SD yang terintegrasi untuk paket A dan SD terbuka. Ini pendekatan efisiensi. Efektivitas kita sentuh dengan penggunaan teknologi,” ujarnya.

Kemendiknas, jelas Nuh, telah memanfaatkan TI dalam perencanaan sensus jumlah sekolah rusak di setiap provinsi (mapping). Hasil sensus sekolah rusak secara nasional mencapai 17 persen. “Dengan pemetaan sekolah rusak, penyaluran bantuan menjadi jelas dan termonitor lewat IT Google Mapping,” ujarnya. ***
Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: