ads header

Sunday, August 6, 2023

Profesor Rubi, dari Bonek Sampai Ling Tien Kung

0

REKTOR GAUL: Penulis bersama Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Agus Rubiyanto pada acara focus group discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Otorita IKN di Hotel Gran Senyiur, Balikpapan.


SUDAH lama saya berkeinginan mengundang podcast akademisi yang satu ini. Belum kesampaian. Terhadap dirinya, saya menangkap kesan ia adalah seorang yang memiliki kepercayaan diri sangat tinggi.

Setidaknya, karakter tersebut diperlihatkan ketika ia menjadi bakal calon rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK). Sepuluh bulan lalu. Saat rapat senat terbuka pemaparan visi-misi dan program kerja bacalon rektor ITK periode ketiga. Ketika itu, ia menampilkan gaya presentasi yang berbeda dibandingkan tiga bacalon rektor lainnya.

Dia adalah Prof Dr rer nat Agus Rubiyanto, M.Eng.Sc. “Saya dapat giliran kedua. Tetapi kalau diabjadkan, nama Agus itu nomor satu. Cocoknya, Agus for ITK number one,” ucap Prof Rubi, sapaan Agus Rubiyanto membuka presentasi.

Pemaparan visi-misi dan program kerja bacalon rektor ITK 2022-2026 diikuti oleh empat kandidat. Selain Prof Rubi, tiga lainnya yakni Prof Sukoso (Universitas Brawijaya), Prof Basuki Widodo (ITS), dan Prof Susilo (Universitas Mulawarman).

Prof Rubi mengawali presentasinya dengan menampilkan latar belakang pendidikannya. Dari jenjang S-1 hingga doktoral. Sarjana ilmu fisika dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) ia selesaikan pada 1988. Dari Universitas Indonesia (UI), program master optoelektronik dan aplikasi laser ia raih pada 1993. Program doktoral fisika terapan ia tuntaskan pada tahun 2000 dari University of Paderborn, Jerman.

Mengenakan jas hitam dan berdasi merah, Prof Rubi lantas menceritakan segudang prestasi dan pengalamannya. Profil dirinya yang penuh prestasi, amanah, bijaksana, gesit, cekatan, dan jejaring mendunia ia kampanyekan. Slogannya: Agus for ITK #1. Dua foto bergambar kunjungan Presiden Joko Widodo bersama beberapa menteri ke Jerman pada 2016 yang ia hadiri menjadi pemanis.

Sebagai atase pendidikan dan kebudayaan KBRI di Berlin, Jerman, Prof Rubi menjadi perancang kerja sama revitalisasi pendidikan vokasi antara Indonesia dan Jerman. Dari kunjungan ke pusat penelitian vokasi dual system di Berlin, Presiden Jokowi lalu memerintahkan menteri pendidikan yang saat itu dijabat oleh Anis Baswedan untuk mengkonkretkannya.

“Kerja sama Indonesia-Jerman di bidang pendidikan vokasi itu menggelinding. Lalu dibentuklah dirjen pendidikan vokasi,” kata Dekan Fakultas Sains ITS 2017-2019 itu.

Tanpa basa-basi, Prof Rubi mengatakan dengan pengalaman global yang dimilikinya, ia layak menjadi orang nomor satu di ITK.

“ITK membutuhkan rektor yang memiliki kemampuan extraordinary yakni Agus,” kata Prof Rubi menutup presentasinya.

Bisa jadi, kepercayaan diri Prof Rubi yang tinggi itu menjadi pertimbangan sehingga dirinya terpilih sebagai rektor ke-3 ITK. Pada 21 Desember 2022, jabatan rektor ITK resmi disandang olehnya setelah dilantik di Kemendikbud, Jakarta.

Sebelum terpilih menjadi rektor ITK, melalui aplikasi percakapan WhatsApp, saya pernah bermohon kepada Prof Rubi untuk menjadi narasumber podcast. Sayang, selalu ada benturan waktu sehingga rencana tersebut belum terealisasi.

Setelah beliau terpilih sebagai rektor ITK, saya sampaikan ucapan selamat kepada beliau. Kepada Prof Rubi, saya katakan ada kesan ITK terlalu eksklusif, “kurang gaul”, sehingga nama ITK belum begitu dikenal.

Matunuwun atas doa dan dukungannya. Pangestunipun,” balas Prof Rubi.

Prof Rubi tampaknya telah memiliki cara untuk mengubah karakter eksklusif ITK agar menjadi inklusif. Saat di ITS, di luar kapasitasnya sebagai guru besar dengan jabatan struktural kepala Pusat Penelitian Sains Fundamental, Prof Rubi dikenal sebagai Bonek.

Bahkan, di kampus ITS terdapat komunitas Bonek. Namanya, Bonek Heroes Campus. Di dalamnya, ada dosen, mahasiswa, dan pencinta Persebaya dari berbagai departemen. Kegiatannya tidak hanya nonton bareng di tribun maupun di luar tribun, tetapi juga diskusi akademis tentang Persebaya.

PROFESOR BONEK: Sejak berstatus sebagai pelajar hingga menjadi dosen, Profesor Agus Rubiyanto adalah fans berat Persebaya.

“ITS adalah kampus terbuka bagi siapa pun. Termasuk terbuka bagi Bonek. Kami sampai mengundang Persebaya ke kampus, memberikan masukan kepada mereka agar Persebaya lebih baik. Di bawah nakhoda saya, ITK akan saya bawa sebagai kampus yang terbuka,’’ jelas Prof Rubi.

Jiwa Bonek memang tidak pernah lepas dari Prof Rubi. Bahkan, selama tujuh tahun berada di Jerman, dia tetap mengikuti perkembangan Persebaya. Sebagai gantinya untuk tetap menumbuhkan jiwa Bonek tersebut, Prof Rubi menjadi suporter Borussia Dortmund.

Dia menilai militansi suporter Die Borussen – julukan Dortmund– mirip Bonek. Bahkan, Bonek bisa belajar dari para suporter tim yang identik dengan kostum kuning tersebut. Mereka kerap menampilkan koreografi yang mengundang decak kagum pencinta sepak bola internasional.
Awak dewe mbonek ket lahir (Saya sudah Bonek sejak lahir),” katanya kepada saya.

Bagi Prof Rubi, banyak cara untuk mengenalkan ITK kepada khalayak. Tidak selalu melalui kegiatan akademik, juga cara lain seperti olahraga.

Saat ini misalnya, sebagai pakar fisika medis, Prof Rubi tengah gencar memasyarakatkan terapi kesehatan Ling Tien Kung. Di kampus yang dipimpinnya, terapi Ling Tien Kung menjadi program Segar dan Bugar. Setiap Jumat pukul 08.00 di lapangan laboratorium terpadu ITK, program Segar dan Bugar itu dipimpin langsung oleh Prof Rubi.

“Terapi Ling Tien Kung merupakan salah satu ikhtiar agar tubuh kita selalu segar dan bugar,” ujarnya.

Prof Rubi menjelaskan, terapi ini dikembangkan oleh Laoshi Fu Long Swee, akrab disapa Awik Widjaja dari Surabaya. Awik telah melakukan eksperimen selama 20 tahun.

Ling Tien Kung disebut juga ilmu titik nol. Intinya adalah berpusat pada pelatihan anus yakni "Empet-Empet Anus" (Fu Kang) dan "Charge Aki Manusia".

Secara singkat, kata Prof Rubi, esensi atau formula Ling Tien Kung adalah sumber energi kehidupan di dalam tubuh manusia yang berfungsi seperti aki. Terdiri dari dua kutub yakni pusar sebagai kutub negatif atau katoda dan anus sebagai kutub positif atau anoda.

Gerakan Ling Tien Kung terdiri dari lima teknik gerakan yaitu warming up, memperbaiki kondisi aki/charge, penataan ulang organ-organ tubuh dengan gerakan kocok-kocok, membangkitkan titik nol, dan pengendapan emosi.

Belum lama menjadi warga Kaltim, Prof Rubi cukup sukses memasyarakatkan Ling Tien Kung. Peringatan HUT ke-4 Ling Tien Kung, ia jadikan momentum untuk mengenalkannya lebih luas kepada masyarakat Kaltim. Sabtu (29/07) bertempat di Loa Kulu, Kutai Kartanegara, acara tersebut berjalan meriah dihadiri Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi, sejumlah pejabat dari Pemkab Kukar dan Pemkab Berau, serta ratusan masyarakat Kukar.

“Melalui terapi kesehatan Ling Tien Kung, kami mengajak masyarakat Kaltim menjadi sehat secara paripurna,” ujarnya.

MENGENALKAN LING TIEN KUNG: Profesor Agus Rubiyanto (baju oranye) bersama Wagub Kaltim Hadi Mulyadi pada peringatan HUT ke-4 Ling Tien Kung di Loa Kulu, Kutai Kartanegara, Sabtu (29/07).


Prof Rubi adalah paket lengkap pemimpin disruptive mindset. Saya percaya, beliau telah mengkaji kembali sumber daya ITK –apakah sudah sesuai dan bisa dialokasikan secara tepat pada tempat yang tepat, bagaimana prosesnya, dan tata nilainya.

Saya juga yakin, Prof Rubi sangat menyadari bahwa visi-misi dan program kerjanya mengundang konsekuensi perlunya dana-dana besar masuk kampus. Ikhtiar-ikhtiar tersebut saya dengar sudah dilakukan oleh arek Suroboyo yang Bonek itu: roadshow menemui gubernur dan bupati/wali kota di Kaltim. (*)
Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: