ads header

Thursday, November 19, 2020

Kesaksian dari Terminal Kariangau

0


GERBANG DISTRIBUSI: Terminal Peti Kemas Kariangau di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.


Muhammad Basir tak melebih-lebihkan cerita. Kepada pewarta, ia menjelaskan permasalahan dan tantangan pengelolaan kepelabuhanan. Saat ia menjabat Direktur Utama PT Kaltim Kariangau Terminal (KKT) pada rentang waktu 2016-2020. 

KKT adalah perusahaan patungan antara PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV (Persero) dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui Perusahaan Daerah (Perusda) Melati Bhakti Satya (MBS). 

Terminal Kariangau kerap disebut-sebut sebagai gerbang ekonomi Kalimantan Timur. Secara geografis, Terminal Kariangau terletak di lokasi strategis ALKI II dengan kedalaman sisi dermaga sedalam 14 MLWF. Pada lahan seluas 71 hektare, KKT mengelola tiga segmen terminal, yakni terminal peti kemas, terminal curah, dan terminal multipurpose

Terminal Peti Kemas (TPK) Kariangau telah beroperasi sejak Agustus 2012, dengan fasilitas dan peralatan berstandar internasional. Memiliki hinterland luas yang terkoneksi jalan tol dan jembatan Pulau Balang mempermudah pendistribusian barang melalui Terminal Kariangau. 

Sudah empat tahun lebih Muhammad Basir menjabat Dirut KKT. Mei 2016, ia menggantikan dirut sebelumnya Anharuddin Siregar. Saat serah terima jabatan, pesan khusus diberikan kepada mantan General Manager Terminal Peti Kemas Makassar itu. Pertama, KKT harus bisa memberikan layanan direct call. Kedua, sebagai perusahaan patungan dengan pemerintah provinsi, bisnis KKT harus bisa menunjang pendapatan asli daerah (PAD). 

Bagi Muhammad Basir, layanan direct call bukan hal baru. Pelajaran itu sudah ia praktikkan langsung di TPK Makassar. Sejak 5 Desember 2015, layanan internasional direct call sudah dilakukan di TPK Makassar. 

Basir mampu menjawab dua persoalan itu. Dua tahun setelah menjabat Dirut KKT, uji coba pengapalan perdana pelayaran langsung atau direct call berlangsung pada Senin, 26 Maret 2018. Dua minggu setelahnya, digelar seremoni peresmian direct call dari Pelabuhan Kariangau, Balikpapan ke Shanghai. 

Kapal kargo MV Meratus Tomini berbendera Indonesia sukses mengangkut 100 kontainer berisi komoditas ekspor, kayu olahan, dan sabut kelapa. Dari Shanghai, barang itu dipecah-pecah pengirimannya ke Jepang, Korea Selatan, dan negara sekitar sesuai permintaan. 

Saya cukup mengikuti berita tentang perkembangan industri jasa angkutan laut di Kalimantan Timur. Pun perjalanan KKT sebagai penghubung buyer dan penjual. 

Perbaikan sektor perhubungan, khususnya tol laut dan pelabuhan-pelabuhan telah membuat rezeki beralih dari pedagang-pedagang besar di Jakarta dan Surabaya ke berbagai daerah, termasuk Kalimantan Timur. 

Kita telah melihat disrupsi shipping company. Bagaimana perusahaan-perusahaan besar kini mendekati bahan bakunya. Ini berarti angkutan laut semakin efisien dan tentu saja material yang diangkut jarak jauh semakin terbatas. 

Ketika platform ekonomi dan bisnis berubah, hanya orang terperangkaplah yang selalu menyangkal, sebab dunia yang tak kelihatan ini “terlalu kecil” bagi mereka. Sekali pun gajah hanya kalah oleh yang kecil: semut. 

Sebagai warga Kaltim yang tinggal di Kota Balikpapan, saya telah merasakan efek baik direct call yang dapat memangkas disparitas harga barang yang selama ini cukup tinggi antara wilayah barat dan timur. 

Saya melihat KKT merespons dengan sangat baik perubahan model bisnis shipping company. KKT mampu “berdamai” dengan dinamika baru, mengubah ancaman menjadi peluang, membuat lebih sederhana, tentunya dengan teknologi baru. 

KKT mampu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumahnya dengan insan-insan yang bergerak cepat dan responsif. Segala sesuatu yang baru memang membutuhkan waktu yang panjang untuk sampai menjadi “pohon yang menghasilkan buah” yang bagus. 

Menggali bisnis dari ekosistem industrinya membuat perusahaan lebih banyak peluang menjaring pendapatan. Itulah yang dilakukan PT Pelindo IV dan anak-anak perusahaannya, termasuk KKT. 

Sejak beroperasi pada 2012, KKT telah memberikan kontribusi tetap sebesar tiga persen dari pendapatan kotor setiap bulan kepada Pemprov Kaltim melalui MBS. Juga deviden atau keuntungan perusahaan setiap tahun serta imbalan jasa kepada pemerintah daerah. 

Direct call terbukti memberikan manfaat nyata. Bagi Kaltim, layanan internasional bisa mendongkrak volume perdagangan nonmigas dan batu bara. Pengusaha juga mendapatkan benefit berupa penurunan biaya dan waktu pengiriman hingga 50 persen. 

Bahwa dalam perjalanannya direct call di KKT menemui sejumlah hambatan, menurut saya persoalannya ada pada kolaborasi ekonomi. Diperlukan peran pemerintah daerah dan eksportir untuk menyukseskan serta menjaga kesinambungan program direct call. Karena yang menjadi pokok persoalan adalah seberapa banyak volume ekspor dan impor dan produk-produk unggulan Kaltim bisa diandalkan. 

Sarana dan prasarana telah tersedia, pekerjaan rumah yang masih harus diselesaikan adalah menggenjot produk hilir dan membuat model ekonomi baru. 

Siapa pun, perlu membaca trend break. Jalan lama yang biasa kita lalui telah berubah dan jalan baru telah muncul. Kaltim perlu mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru. 

Sebagai pengusaha logistik sekaligus Ketua Asosiasi Logistik Kaltim, Faisal Tola merasakan benar manfaat direct call. Yang sudah pasti: biaya lebih murah, ada diskon, dan prosedurnya sangat sederhana. Ia tak habis pikir jika ada pengusaha yang “lari” melalui pelabuhan di Jakarta atau Surabaya. 

Faisal benar, sosialisasi pemanfaatan direct call harus terus digaungkan. Pengusaha Kaltim semestinya bangga dengan layanan internasional direct call melalui pelabuhan KKT. 

Kita semua harus meyakini kemampuan BUMN kita yang sudah piawai dalam berbisnis. Bahwa mereka masih perlu belajar, ya, itu sudah pasti. Namun, sudah saatnya kita satukan kekuatan, percaya bangsa sendiri, dan sama-sama menghadapi kekuatan lobi asing yang modalnya tak terbatas. 

DIRECT CALL: Layanan internasional direct call melalui pelabuhan KKT.


Kita telah melihat kemampuan PT Pelindo IV Persero dan anak-anak perusahaannya dalam membaca sinyal perubahan dan pembaruan. Lalu menghadapi perubahan dan pembaruan itu dengan membuat langkah-langkah strategis yang tepat. 

Dari Terminal Peti Kemas Makassar, kita bisa melihat sejumlah inovasi pelayanan seperti website, Kios-K, Loket Pelayanan dan Lobby, Shore Connection, Penambahan RTG, VTIS, Berthing Light, ID Card System dan Elektrifikasi CC. 

Kelak, ketika Kalimantan Timur telah menjadi ibu kota negara (IKN), saya membayangkan wajah Pelabuhan KKT telah berubah menjadi green port berbasis digital. 

Saya yakin dan percaya, manajemen KKT mampu mendongkrak kemampuan yang sudah ada, dan berkolaborasi untuk menciptakan nilai yang lebih besar. 

Kini, di bawah kendali Abdul Azis sebagai Direktur Utama KKT, telah tersusun rencana strategis melakukan penambahan kapasitas container yard seluas 2 hektare yang bisa menampung minimal 75.000–100.000 TEUs peti kemas. KKT juga akan memperluas segmen usaha non-peti kemas. 

Melalui layanan internasional direct call, KKT telah mengajak pengusaha untuk melihat dan bergerak memanfaatkan layanan tersebut. 

Dari pelabuhan KKT setelah menjadi gerbang ekonomi IKN, kita berharap akan tercipta ekonomi berbagi – inovasi tak hanya pada produk, melainkan pada model bisnis, yaitu mencari “daging” usaha. Bentuk yang dipilih antara lain adalah ekonomi berbagi, yaitu ekonomi gotong royong, sharing resources, atau ekonomi kolaborasi. 

Kita semua senang mendengar kabar di tengah pandemi Covid-19, Pelindo IV ketiban rejeki dengan direct call perdana kapal milik Sealand dari Balikpapan. 

Sebelumnya juga sudah pernah ada direct call dari Balikpapan yang dilakukan oleh perusahaan pelayaran internasional asal Hongkong, SITC, namun dengan rute yang berbeda yakni Makassar, Asia Timur, Eropa dan Amerika. SeaLand membuka rute baru dengan konsolidasi ekspor dari Kaltim dan Kaltara menggunakan fasilitas ekspor di KKT. 

Menutup tulisan ini, saya harus mengucapkan selamat kepada pengusaha yang telah memanfaatkan layanan direct call melalui pelabuhan KKT. Anda telah menuju arah jalan yang benar. Bagi yang belum, come on, my brother, kalau bukan kita, siapa lagi. 

Dirgahayu ke-28 PT Pelindo IV Persero. Bangkit dan produktif untuk Indonesia maju. (*) 

Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: