![]() |
LEADER: Abriantinus (kiri) dan Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi. |
Ibarat peracik kopi, sajian kopi dari tangannya memiliki karakter rasa. Kreasi-kreasi baru selalu ia ciptakan. Karena kekuatan karakter itu, nama Abriantinus selalu berada dalam lingkaran observasi calon pemimpin Kota Balikpapan.
PEMBELAJAR adalah jati diri Abriantinus. Ia sangat percaya bahwa suatu saat masa depan baru itu ada bersama mereka yang hari ini belum tampak hebat. Pada dirinya mengalir energi besar untuk terus menggerakkan perubahan.
Andai bakal calon
kepala daerah adalah para pemilik kedai kopi, Abriantinus memiliki beragam
jenis kopi dan pengalaman rasa. Sajian kopinya responsif mengikuti tren
sehingga menarik perhatian pecinta kopi di Balikpapan.
Abri—sapaan akrab
Abriantinus sangat paham bahwa perubahan memerlukan kejelasan-kejelasan dan panel-panel
indikator. Ibarat menerbangkan pesawat bernama Balikpapan Airlines, panel-panel indikator itu menjadi penuntun
untuk mencapai tujuan.
Panel-panel itu
juga menjadi alat ukur untuk mengumumkan apa yang telah dicapai, apa saja yang
belum dikerjakan, dan bagaimana publik meresponnya.
Kepada wartawan Penulis Ajid Kurniawan, pengusaha yang
juga tokoh masyarakat Dayak itu menyampaikan gagasannya tentang cara menyajikan
“menu” masa depan Balikpapan.
TEMU KANGEN: Abriantinus bersama para tamu di acara Temu Kangen Komunitas Dayak.
Penulis: Pada setiap momen pilkada, nama Anda selalu masuk dalam observasi sebagai kandidat. Tanggapan Anda?
Abriantinus: Pertanyaan ini agak sulit saya jawab. Saya
rasa biar rakyatlah yang memberikan penilaian. Saat ini rakyat kita sudah makin
cerdas, mereka tentu punya nalar, punya hati.
Jika kemudian nama
saya juga masuk dalam lingkaran observasi lembaga survei atau partai politik,
tentu mereka memiliki parameter tersendiri.
Bahwa kemudian
mengalir dukungan yang diberikan kepada saya, tentu saya memberikan apresiasi.
Bagi saya, kontestasi politik adalah wahana untuk memperjuangkan idealisme.
Penulis: Kita
mengetahui bahwa Balikpapan dibangun di atas pluralitas masyarakatnya. Karena
itu, corak kepemimpinan sangat menentukan eksistensi Kota Balikpapan dalam
jangka panjang. Bagaimana cara Anda untuk mengolah pluralisme menjadi medium
yang memperkuat persatuan?
Abriantinus: Saya sepaham sudah seharusnya karakter pluralis pemimpin
menjadi pertimbangan utama. Kenyataan bahwa masyarakat Kota Balikpapan memang
pluralis seharusnya menjadi kesadaran bersama.
Hal tersebut sungguh dapat saya rasakan ketika pada tahun
2006 saya terpilih melalui musyawarah dari 79 paguyuban etnis yang ada pada
saat itu. Hingga akhir tahun 2009, saya menjadi Ketua Umum Forum Komunikasi
Paguyuban Balikpapan (FKPB).
Oleh karena itu pemimpin Kota Balikpapan harus mempunyai
kemampuan dalam mengelola dan membuat formulasi pemerintahan yang sanggup
mengayomi dan mengakomodasi secara proporsional terhadap kemajemukan itu.
DAYAK BERMUTU: Sebagai tokoh Dayak, Abriantinus memiliki gagasan besar untuk kemajuan Kota Balikpapan.
Penulis: Satu kualitas yang sangat
penting dalam kepemimpinan adalah kemampuan berpikir di luar kelaziman – think outside
the box. Apakah Anda memiliki cara baru untuk meroketkan pendapatan asli daerah
(PAD)?
Abriantinus:
Idealnya sumber PAD mampu menyumbangkan bagian terbesar dari seluruh pendapatan
daerah dibanding sumber pendapatan lainnya. Dengan proporsi semacam itu, daerah dapat
secara leluasa menjalankan hak otonominya.
Kunci
utamanya adalah penerapan online system
government di seluruh instansi pelayanan publik. Ini penting untuk mencegah
kebocoran pendapatan dan belanja daerah. Kemudian mendatangkan investasi
sebanyak-banyaknya. Terkhusus pengembangan komoditi unggulan pada investasi
industri strategis, dan investasi pengembangan pariwisata.
Selanjutnya
inovasi produksi unik yang bisa dijual secara lokal, regional, nasional dan
global. BUMD perlu dipacu menjadi lokomotif
perekonomian sekaligus sumber pendapatan daerah.
Penulis: Anda
seorang pengusaha sekaligus seniman. Kita telah mengetahui bahwa perencanaan
pembangunan juga perlu memakai pendekatan budaya, setujukah Anda?
Abriantinus: Setuju
1000 persen. Kebudayaan merupakan potensi besar untuk membangun daerah. Pembangunan
yang berorientasi ekonomi saja bisa mengingkari hak kebudayaan warga dan menciptakan
marginalisasi.
Sebagai miniatur Indonesia, Kota Balikpapan memiliki paket
lengkap budaya Nusantara. Ini luar biasa sekali. Kekayaan budaya mulai seni,
kuliner, dan potensi alam akan menjadi daya tarik wisata. Tantangannya adalah
bagaimana cara mengemas dan memasarkannya.
Penulis: Dengan
melihat keunggulan-keunggulan komparatif kebudayaan, jasa dan pariwisata,
bagaimana cara Anda memasarkannya?
Abriantinus: Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengubah
business landscape industri
pariwisata. Kemudian menciptakan model-model bisnis yang tepat diikuti
perubahan kultur, teknologi, serta cara memasarkannya. Era digital telah mengubah
model-model marketing menjadi multiplatform.
Menurut saya model bisnis pariwisata yang tepat adalah kolaborasi
antara pemerintah daerah dan swasta. Setelah model bisnis yang tepat tercipta,
selanjutnya mengelola external customer
dan internal customer. PNS adalah
potensi besar sebagai internal customer.
DUKUNGAN: Dukungan komunitas Dayak kepada Abriantinus.
Anda tentu
memiliki menu gagasan dan konsep dalam menjawab daftar permasalahan di Kota
Balikpapan.
Abriantinus: Ada
hal substantif yang saya lihat dalam penyelesaian permasalahan di perkotaan,
yakni persoalan
formal terurus, informal kurang terurus.
Ada solusi tapi seringkali tidak menjadi prioritas.
Tetapi
optimisme harus dibangun atas segala permasalahan tersebut. Saya
menawarkan paradigma baru berwujud indeks kebahagiaan. Manakala upaya
merestrukturisasi kota tak mampu dilakukan, minimal kebahagiaan harus
dihadirkan.
Konsep kebahagiaan yang lebih unggul itu harus ada di
Balikpapan. Sekarang dan sampai kapanpun, kota ini harus tetap menjadi kota
nyaman huni. Ruang-ruang publik harus diperbanyak, dan perhatian terhadap alam
dan lingkungan harus semakin besar.
Prinsip utamanya, proses kebijakan pembangunan kota harus
menciptakan kota yang berkelanjutan. Keselarasan antara ekologi, ekonomi, dan
sosial harus terjaga.
Penulis: Andai
takdir menceburkan Anda dalam pusaran birokrasi, perubahan apa yang akan Anda
lakukan?
Abriantinus:
Perubahan mindset. Dari mindset birokrat menjadi mindset korporat. Mindset korporat adalah tuntutan pada zaman digital yang
serbacepat.
Aparatur harus
memiliki respons cepat, tidak terhambat.
Harus real time: begitu
diterima, seketika diolah. Follow up:
langsung ditindaklanjuti, tidak ditunda. Pandai mencari jalan, bukan mati
langkah. Penyelesaian masalah secara paralel, bukan serial. Dukungan teknologi
informasi, bukan manual. Terkoneksi, bukan terisolasi. Dan 24 jam sehari, 7
hari seminggu, bukan dari pukul 07.30 sampai pukul 17.00.
Penulis: Andai hari ini dilakukan Pilkada dan hasil
sementara perolehan suara Anda mengungguli raihan suara calon lain, pesan apa yang ingin Anda
sampaikan?
Abriantinus:
Ha…ha…ha…Tidak ada jawaban dan tidak ada pesan untuk pertanyaan ini. Karena
masih perandaian, dan saya tidak mau berandai-andai. Lebih baik kita berdoa
agar penyelenggaraan pilkada di Balikpapan berjalan sukses, lancar dan
kondusif.
Saya
juga percaya masyarakat Balikpapan adalah pemilih yang cerdas. Pilihan
prioritas lebih didasarkan pada kecakapan seorang pemimpin dalam menghadapi
aneka persoalan.
Di
era digital seperti sekarang ini, sebenarnya sangat mudah bagi masyarakat untuk
mengetahui kualitas dan rekam jejak seorang pemimpin. Apa saja yang telah
diperbuat untuk kota ini dapat kita ketahui melalui media, baik cetak,
elektronik, atau media sosial. Sehingga ketika menjatuhkan pilihan untuk
pemimpin kota benar-benar objektif. (*)