ads header

Saturday, July 4, 2020

Meracik Menu Masa Depan Balikpapan

0

LEADER: Abriantinus (kiri) dan Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi.

Ibarat peracik kopi, sajian kopi dari tangannya memiliki karakter rasa. Kreasi-kreasi baru selalu ia ciptakan. Karena kekuatan karakter itu, nama Abriantinus selalu berada dalam lingkaran observasi calon pemimpin Kota Balikpapan.


PEMBELAJAR adalah jati diri Abriantinus. Ia sangat percaya bahwa suatu saat masa depan baru itu ada bersama mereka yang hari ini belum tampak hebat. Pada dirinya mengalir energi besar untuk terus menggerakkan perubahan.

Andai bakal calon kepala daerah adalah para pemilik kedai kopi, Abriantinus memiliki beragam jenis kopi dan pengalaman rasa. Sajian kopinya responsif mengikuti tren sehingga menarik perhatian pecinta kopi di Balikpapan.

Abri—sapaan akrab Abriantinus sangat paham bahwa perubahan memerlukan kejelasan-kejelasan dan panel-panel indikator. Ibarat menerbangkan pesawat bernama Balikpapan Airlines, panel-panel indikator itu menjadi penuntun untuk mencapai tujuan.

Panel-panel itu juga menjadi alat ukur untuk mengumumkan apa yang telah dicapai, apa saja yang belum dikerjakan, dan bagaimana publik meresponnya.

Kepada wartawan Penulis Ajid Kurniawan, pengusaha yang juga tokoh masyarakat Dayak itu menyampaikan gagasannya tentang cara menyajikan “menu” masa depan Balikpapan.

TEMU KANGEN: Abriantinus bersama para tamu di acara Temu Kangen Komunitas Dayak.

Penulis: Pada setiap momen pilkada, nama Anda selalu masuk dalam observasi sebagai kandidat. Tanggapan Anda?

Abriantinus: Pertanyaan ini agak sulit saya jawab. Saya rasa biar rakyatlah yang memberikan penilaian. Saat ini rakyat kita sudah makin cerdas, mereka tentu punya nalar, punya hati.

Jika kemudian nama saya juga masuk dalam lingkaran observasi lembaga survei atau partai politik, tentu mereka memiliki parameter tersendiri.

Bahwa kemudian mengalir dukungan yang diberikan kepada saya, tentu saya memberikan apresiasi. Bagi saya, kontestasi politik adalah wahana untuk memperjuangkan idealisme.

 

Penulis: Kita mengetahui bahwa Balikpapan dibangun di atas pluralitas masyarakatnya. Karena itu, corak kepemimpinan sangat menentukan eksistensi Kota Balikpapan dalam jangka panjang. Bagaimana cara Anda untuk mengolah pluralisme menjadi medium yang memperkuat persatuan?

Abriantinus: Saya sepaham sudah seharusnya karakter pluralis pemimpin menjadi pertimbangan utama. Kenyataan bahwa masyarakat Kota Balikpapan memang pluralis seharusnya menjadi kesadaran bersama.

Hal tersebut sungguh dapat saya rasakan ketika pada tahun 2006 saya terpilih melalui musyawarah dari 79 paguyuban etnis yang ada pada saat itu. Hingga akhir tahun 2009, saya menjadi Ketua Umum Forum Komunikasi Paguyuban Balikpapan (FKPB).

Oleh karena itu pemimpin Kota Balikpapan harus mempunyai kemampuan dalam mengelola dan membuat formulasi pemerintahan yang sanggup mengayomi dan mengakomodasi secara proporsional terhadap kemajemukan itu.

 

DAYAK BERMUTU: Sebagai tokoh Dayak, Abriantinus memiliki gagasan besar untuk kemajuan Kota Balikpapan.

Penulis: Satu kualitas yang sangat penting dalam kepemimpinan adalah kemampuan berpikir di luar kelaziman – think outside the box. Apakah Anda memiliki cara baru untuk meroketkan pendapatan asli daerah (PAD)?

Abriantinus: Idealnya sumber PAD mampu menyumbangkan bagian terbesar dari seluruh pendapatan daerah dibanding sumber pendapatan lainnya.  Dengan proporsi semacam itu, daerah dapat secara leluasa menjalankan hak otonominya.

Kunci utamanya adalah penerapan online system government di seluruh instansi pelayanan publik. Ini penting untuk mencegah kebocoran pendapatan dan belanja daerah. Kemudian mendatangkan investasi sebanyak-banyaknya. Terkhusus pengembangan komoditi unggulan pada investasi industri strategis, dan investasi pengembangan pariwisata.

Selanjutnya inovasi produksi unik yang bisa dijual secara lokal, regional, nasional dan global. BUMD perlu dipacu  menjadi lokomotif perekonomian sekaligus sumber pendapatan daerah.

 

Penulis: Anda seorang pengusaha sekaligus seniman. Kita telah mengetahui bahwa perencanaan pembangunan juga perlu memakai pendekatan budaya, setujukah Anda?

Abriantinus: Setuju 1000 persen. Kebudayaan merupakan potensi besar untuk membangun daerah. Pembangunan yang berorientasi ekonomi saja bisa mengingkari hak kebudayaan warga dan menciptakan marginalisasi.

Sebagai miniatur Indonesia, Kota Balikpapan memiliki paket lengkap budaya Nusantara. Ini luar biasa sekali. Kekayaan budaya mulai seni, kuliner, dan potensi alam akan menjadi daya tarik wisata. Tantangannya adalah bagaimana cara mengemas dan memasarkannya.

 

Penulis: Dengan melihat keunggulan-keunggulan komparatif kebudayaan, jasa dan pariwisata, bagaimana cara Anda memasarkannya?

Abriantinus: Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengubah business landscape industri pariwisata. Kemudian menciptakan model-model bisnis yang tepat diikuti perubahan kultur, teknologi, serta cara memasarkannya. Era digital telah mengubah model-model marketing menjadi multiplatform.

Menurut saya model bisnis pariwisata yang tepat adalah kolaborasi antara pemerintah daerah dan swasta. Setelah model bisnis yang tepat tercipta, selanjutnya mengelola external customer dan internal customer. PNS adalah potensi besar sebagai internal customer.

 

DUKUNGAN: Dukungan komunitas Dayak kepada Abriantinus.

Anda tentu memiliki menu gagasan dan konsep dalam menjawab daftar permasalahan di Kota Balikpapan.

Abriantinus: Ada hal substantif yang saya lihat dalam penyelesaian permasalahan di perkotaan, yakni persoalan formal terurus, informal kurang  terurus. Ada solusi tapi seringkali tidak menjadi prioritas.

Tetapi optimisme harus dibangun  atas segala permasalahan tersebut. Saya menawarkan paradigma baru berwujud indeks kebahagiaan. Manakala upaya merestrukturisasi kota tak mampu dilakukan, minimal kebahagiaan harus dihadirkan.

Konsep kebahagiaan yang lebih unggul itu harus ada di Balikpapan. Sekarang dan sampai kapanpun, kota ini harus tetap menjadi kota nyaman huni. Ruang-ruang publik harus diperbanyak, dan perhatian terhadap alam dan lingkungan harus semakin besar.

Prinsip utamanya, proses kebijakan pembangunan kota harus menciptakan kota yang berkelanjutan. Keselarasan antara ekologi, ekonomi, dan sosial harus terjaga.

 

Penulis: Andai takdir menceburkan Anda dalam pusaran birokrasi, perubahan apa yang akan Anda lakukan?

Abriantinus: Perubahan mindset. Dari mindset birokrat menjadi mindset korporat. Mindset korporat adalah tuntutan pada zaman digital yang serbacepat.

Aparatur harus memiliki respons cepat, tidak terhambat.  Harus real time: begitu diterima, seketika diolah. Follow up: langsung ditindaklanjuti, tidak ditunda. Pandai mencari jalan, bukan mati langkah. Penyelesaian masalah secara paralel, bukan serial. Dukungan teknologi informasi, bukan manual. Terkoneksi, bukan terisolasi. Dan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, bukan dari pukul 07.30 sampai pukul 17.00.

 


Penulis: Andai hari ini dilakukan Pilkada dan hasil sementara perolehan suara Anda mengungguli raihan suara  calon lain, pesan apa yang ingin Anda sampaikan?

Abriantinus: Ha…ha…ha…Tidak ada jawaban dan tidak ada pesan untuk pertanyaan ini. Karena masih perandaian, dan saya tidak mau berandai-andai. Lebih baik kita berdoa agar penyelenggaraan pilkada di Balikpapan berjalan sukses, lancar dan kondusif. 

Saya juga percaya masyarakat Balikpapan adalah pemilih yang cerdas. Pilihan prioritas lebih didasarkan pada kecakapan seorang pemimpin dalam menghadapi aneka persoalan.

Di era digital seperti sekarang ini, sebenarnya sangat mudah bagi masyarakat untuk mengetahui kualitas dan rekam jejak seorang pemimpin. Apa saja yang telah diperbuat untuk kota ini dapat kita ketahui melalui media, baik cetak, elektronik, atau media sosial. Sehingga ketika menjatuhkan pilihan untuk pemimpin kota benar-benar objektif.  (*)


Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: