ads header

Friday, October 6, 2017

Pelni dan Perubahannya

0
TOP LEADER: GM PT Pelni Cabang Balikpapan Firman Rachimin.
ANTREAN itu selalu terlihat mengular. Aparat berseragam berkali-kali menghardik calon penumpang kapal yang menyerobot antrean. Penginapan murah di sekitar pelabuhan selalu penuh. Tak sedikit calon penumpang harus bermalam 2-3 hari untuk mendapatkan tiket kapal laut. Mendapatkan tiket kapal laut bukan persoalan mudah. Perlu usaha ekstra untuk memiliki selembar tiket di loket resmi PT. Pelni.

Urusan tiket selesai, tapi perjuangan masih belum selesai. Penumpang kelas ekonomi masih harus berjuang. Begitu pintu keberangkatan di ruang tunggu pelabuhan terbuka, seketika itu pula ribuan calon penumpang saling berdesakan menuju tangga kapal. Tujuan mereka sama: mendapatkan kasur. 

Itu cerita masa lalu. Puluhan tahun silam ketika moda transportasi laut masih menjadi pilihan utama. Cukup banyak generasi masa lalu yang ingin bernostalgia kembali mengarungi samudera dengan kapal-kapal Pelni. Pasti banyak perubahan di atas armada Pelni. 

Sebagai perusahaan pelayaran negara, PT Pelni dituntut untuk terus melakukan terobosan. Persaingan industri transportasi sudah begitu ketat. Maraknya penerbangan dengan waktu tempuh lebih cepat dan bertarif rendah menjadi tantangan terberat. 

Pekan lalu, di kantor PT Pelni Cabang Balikpapan, diskusi antara Balikpapan Pos dengan General Manager PT Pelni Cabang Balikpapan Firman Rachimin berlangsung dalam suasana cair diselingi gelak tawa. Membicarakan tentang Pelni masa lalu dan masa kini. Firman baru beberapa bulan bertugas di Balikpapan. Pria berdarah Bugis-Makassar berlatar belakang administrasi itu telah meniti karir di perusahaan pelayaran negara selama 28 tahun. Ketika membicarakan dunia pelayaran, ia seringkali melontarkan joke-joke segar. 

Banyak cerita tentang masa lalu PT Pelni dan pelayanannya. Lebih banyak cerita yang kurang enak didengar. Bagaimana PT Pelni dan perubahannya sekarang?

Kalau ada yang mengatakan pelayanan PT Pelni pada masa lalu tidak manusiawi, itu betul saja. Penumpang yang bertumpuk di atas kapal memang tidak manusiawi. Tapi itu dulu, sekarang sudah berubah. Perubahan ini terjadi setelah PT Pelni ditetapkan oleh pemerintah sebagai badan penyelenggara PSO (Public Service Obligation) angkutan barang di laut. Pelni saat ini bukan lagi perusahaan pencari profit, tetapi sebagai perusahaan pelayanan publik. Dengan status PSO itu, pemerintah memberikan subsidi angkutan kepada PT Pelni. Besaran subsidi selalu bertambah dari miliaran hingga triliunan.

Seperti apa perubahan nyata yang terlihat setelah Pelni menjadi PSO?

Sangat terlihat sekali perubahannya. Sekarang, ketika Anda bepergian naik kapal Pelni, Anda bisa berlari-lari di atas kapal. Seringkali muncul pertanyaan: mengapa tiket sudah habis tetapi kapal masih tampak kosong? Inilah perubahan nyata yang terlihat. Pelni saat ini lebih mengutamakan pelayanan, kenyamanan, dan keselamatan penumpang. Jika dulu Pelni bisa mengangkut hingga 15 ribu penumpang, sekarang harus mengangkut penumpang sesuai dispensasi yang ditetapkan pemerintah sebanyak 2500-2600 penumpang saja. Karena itu, sekarang di atas kapal penumpang bisa lari-lari, bisa main bola.

Adakah perubahan karakter penumpang kapal setelah pelayanan mengalami perubahan?

Kapal Pelni itu memiliki tujuh dek. Tetapi penumpang selalu menumpuk di dek bagian tengah. Dek bawah selalu nyaris kosong. Ketika tim dari kantor pusat melakukan pengecekan, penumpang berjejal di dek 5-6. Setengah mati kami harus menyuruh penumpang agar mengisi dek yang kosong. Saat disuruh, mereka hanya geser-geser sedikit dan bilang iya nanti akan pindah, tetapi tidak pindah. Memang dilema dan menjadi perdebatan. Saya kira ada beberapa faktor mengapa penumpang lebih memilih dek bagian tengah. Penumpang kapal yang berkantong tipis sangat menghitung biaya porter bila harus menempati dek bawah.

Seberapa besar perbandingan jumlah penumpang antara low season dan peak season?

Secara umum tidak terlalu banyak perbedaan antara low season dan peak season. Low season akan terlihat di setiap pelabuhan. Seperti rute Balikpapan-Surabaya, saat low season hanya mengangkut 100 orang, namun pada saat peak season bisa mengangkut 3000 penumpang. Jika melihatnya port to port, secara keseluruhan selama 14 hari jumlah penumpang sama. Berbeda dengan rute wilayah timur seperti Balikpapan-Parepare-Kupang. Antara low season dan peak season tidak terlalu jauh perbedaanya. Saat low season, rata-rata penumpang terangkut sekitar 1000 orang, sementara saat peak season sekitar 1500 orang. 

Transformasi pelayanan berbasis IT telah banyak dilakukan BUMN bidang transportasi. Bagaimana dengan PT Pelni?

Aplikasi teknologi sudah menjadi tuntutan pelayanan. PT Pelni pun harus beradaptasi. Sistem keuangan berbasis IT membuat pekerjaan menjadi nyaman. Dulu, uang ratusan juta tersimpan di brankas kantor. Kerja tak pernah tenang karena memikirkan uang di brankas kalau terjadi apa-apa. 

Semua BUMN pelayanan angkutan sudah auto collection dalam sistem pembayarannya. Uang dari pusat hanya untuk listrik, PDAM, ATK dan perawatan gedung. Data penumpang sudah auto collection. Bagi saya aman, tak pegang uang lagi. Tiket lebih banyak melalui travel. Travel hanya membawa selebaran aplikasi ke Kantor Cabang Pelni. Uang hanya ada di loket penjualan di Kantor Cabang Pelni. Penjualan di loket Pelni hanya 20 persen saja, selebihnya dari travel. Perlu diketahui bahwa hak Pelni hanya sampai bibir dermaga. Berbicara perbaikan pelayanan, yang harus berubah adalah fasilitas pelabuhannya. Safety awal adalah pelayanan penumpang di terminal pelabuhan. 

Pelni juga sebagai operator kapal perintis, tol laut, dan kapal ternak. Mengapa Kalimantan belum terlewati tol laut?

Soal tol laut, memang benar Kalimantan belum ada. Mungkin pemerintah pusat melihat disparitas harga dan perputaran barang antara Kalimantan dan Jawa belum terlalu signifikan. Prioritasnya masih Indonesia bagian timur karena disparitas harga antara wilayah timur dan barat sangat tinggi. Tetapi mungkin juga karena faktor lain semisal keterbatasan jumlah armada. 

Sebenarnya menjadi tugas pemerintah daerah untuk mengkomunikasikan tol laut kepada pemerintah pusat. Pelni hanya sebagai operator. Pelni tak pernah membawa map ke pemerintah daerah. Pemda lah yang harus merengek ke pusat. Disperindag daerah bisa membuat usulan kepada kementerian agar daerahnya bisa masuk jalur tol laut. 

Seberapa besar volume kargo melalui kapal-kapal Pelni?

Palka untuk muatan barang bukan tujuan utama, karena kapal Pelni dibatasi waktu sandar. Over time kapal penumpang itu maksimal empat jam. Kapal penumpang harus memprioritaskan penumpang. Kargo hanya bermuatan kebutuhan pokok seperti sayuran dan komoditas pertanian. Waktu bongkar muat kargo harus dihitung agar tidak melebihi over time. Jika over time, tentu jam keberangkatan kapal akan terganggu. 

Oktober tahun ini, KM Egon—kapal jenis ro-ro akan masuk Bontang. Ada pertimbangan khusus untuk memasukan kapal ro-ro ke Bontang. Kami perhatikan banyak kendaraan dari Jakarta, Surabaya dan Makassar yang masuk lewat Pelabuhan Semayang rata-rata dari luar Balikpapan. Sebagian besar dari Samarinda, Bontang dan Sangatta. Adanya kapal ro-ro di Bontang akan menjadi alternatif selain lewat Balikpapan.

Apa strategi PT Pelni mensiasasti maraknya penerbangan bertarif rendah?

Pelni berupaya mengubah mindset penumpang. Bahwa naik kapal Pelni bukan hanya untuk mencapai tujuan. Berarti ada segmen-segmen yang bisa digarap. Semisal meeting on board, baik pemerintah daerah, BUMN, swasta menggunakan kapal Pelni untuk meeting. Ditambah lagi dengan wisata. Pelni punya beberapa paket wisata. Di samping Karimun-Jawa, ada Derawan, Labuhan Bajo, Raja Ampat, Banda Naira, Lombok, dan Wakatobi. Jadi kalau bosan rapat di hotel, rapat di atas kapal bisa menjadi pilihan. Dijamin, peserta rapat tidak bisa lari-lari (Firman tertawa). Misal dibuat meeting di atas kapal tujuan Balikpapan-Tarakan, tetapi harus menyesuaikan dengan jadwal kapal. 


Ada cerita unik tentang Pelni di mata masyarakat?

Hahaha…ada. Ceritanya dari Papua. Orang Papua pernah bilang kalau setiap orang boleh naik kapal Pelni. Mereka bilang: Kamu orang Pelni tahu apa, ini kapal punya pemerintah. Saya tak ada uang, saya mau naik kapal. 

Betul saja apa yang dikatakan orang Papua itu, karena pemilik kapal Pelni adalah Ditjen Hubla RI. Kapal Pelni memang milik rakyat Indonesia, Pelni hanyalah operator. Masalahnya, kalau tidak membeli tiket, kalau terjadi apa-apa tak ada asuransi. (jid)
Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: