ads header

Friday, September 29, 2017

Untuk Sahabat Metal

0
PERSAHABATAN MUSISI METAL: Saya bersama Michael Mifsud, Rita Sahara, dan musisi Balikpapan.


Michael Mifsud lahir di Australia, tinggal dan bekerja di Melbourne. Dia merasa tujuan utama dalam hidupnya sudah tercapai. Namun, dia masih memiliki tujuan hidup kecil yang lain: menulis buku tentang kehidupan legenda musik metal Balikpapan, Yudiansyah Syahrani, alias Freedy Krueger, John Yoedi, Yudi Busuk, dan nama alias lainnya yang biasa dia gunakan.

DIA adalah seorang gentleman yang pendek dan kurus, dengan mata cokelat gelap dan rambut hitam. Senyumannya khas. Siapa pun yang mengenalnya pasti tahu itu. Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Dua kakaknya laki-laki, dan sisanya perempuan. Dia tidak banyak bercerita tentang kakak laki-lakinya, malah lebih banyak berkisah tentang kakak perempuannya. Dia mencintai mereka, sebagaimana dia mencintai ayahnya.

Kisahnya, ibundanya telah meninggal dunia saat dia masih berusia 19 tahun karena kanker. Dia sangat mencintai, merindukan, dan selalu mengenang ibundanya. Pada 29 Desember 2013, pria kelahiran Balikpapan, 17 Juni 1977, itu telah pergi menyusul ibundanya. Karena penyakit yang sama: kanker.

Demikian Michael Mifsud membuka bab awal buku pertama yang ditulisnya, Legenda Metal Masih Tetap Hidup. Buku berisikan tentang kehidupan Yudiansyah alias Freedy Krueger, alias John Yoedi, alias Yudi Busuk.

Mike, sapaan Michael Mifsud, bukanlah seorang penulis. Dia adalah seorang perawat manula. Bidang pekerjaan itu telah ditekuninya sekira 10 tahun. Dia berstatus sebagai endorsed enrolled nurse dan masih bekerja di perawatan manula.

“Saya bisa menulis setebal buku itu karena menulisnya dengan hati,” kata Mike kepada saya sehari sebelum bertolak ke Australia, pekan lalu.

Mike tidak sendiri. Rita Sahara, kakak kandung Yudiansyah dan beberapa musisi metal Balikpapan menemani perbincangan dengannya di lobi hotel di Jalan Brigjen Ery Suparjan, Balikpapan.

Buku setebal 386 halaman ini ditulis Michael Mifsud dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dicetak terbatas. Hanya 30 buku. Ditulis dengan gaya bertutur, buku ini mendeskripsikan detail pertemuan awal Mike dan Yudi, korespondensi melalui e-mail dan media sosial, kiprah Yudi sebagai jurnalis Busuk Newsletter, tentang kesehatannya, perjalanan terakhirnya, dan testimoni musisi metal dan kawan-kawan dekatnya terhadap dedikasi Yudi pada musik underground yang disukainya.

Bagi Mike, Yudi adalah seorang pria yang mengagumkan. Dia mengenal Yudi di balik sisi metalnya dengan sangat baik. Sahabat terbaiknya itu mampu menyampaikan apa pun yang ada di pikirannya.

Ketika Mike memberi tahu teman-temannya bahwa dia akan menulis buku tentang Yudi, mereka penasaran dan sangat tertarik. Teman-temannya bahkan meminta Mike untuk menyelesaikan segera dan mengirimkannya kepada mereka. Tidak mudah bagi Mike untuk segera memenuhi keinginan tersebut. Sebab proses penulisannya tidak cukup satu-dua pekan, namun sampai hitungan bulan, bahkan tahun.

Mike perlu waktu hingga dua tahun dari proses penulisan hingga buku yang ditulisnya dicetak oleh penerbit dari Jogjakarta. Mike perlu mencari tahu pendapat teman-teman Yudi tentangnya.

“Salah satu dari mereka mengatakan kepada saya bahwa kebaikan akan sulit dituturkan dengan kata-kata, dan untuk menuturkan tentang kejahatan bahkan akan melampaui kata-kata yang terucap. Pandangan itu mendorong semangat saya untuk menulis,” ujar Mike.

Mike telah meriset segala detail tentang Yudi. Dan dia baru tahu bahwa pentolan musisi metal asal Balikpapan itu cukup dikenal di seluruh dunia. Yudi bekerja untuk Busuk Webzine. Blog yang dikelolanya itu mengulas tentang musisi metal Indonesia dan dunia. Jika kemudian Yudi dikenal oleh musisi metal dari berbagai penjuru dunia, itu karena hasil wawancaranya lebih banyak ditulis menggunakan bahasa Inggris.

Saat internet belum ramai, prosesnya biasa dilakukan dengan menuliskan materinya dengan tulis tangan terlebih dahulu, kemudian baru dia tik. Yudi biasa mencetak Koran Metal yang dia buat di emperan kawasan Klandasan, di mana para metal head sering kali berkumpul.

“Buku ini tentang hidupnya, tentang band yang dia jalani, tentang karyanya, tentang kesehatannya, tentang apa yang kawan-kawannya katakan tentangnya, dan tentang hari-hari terakhirnya,” ujar Mike.

Mike mengenal Yudi pada tahun 2008 saat dia sedang berlibur ke Bali. Di sebuah bar pada hari Minggu saat menonton MotoGP, seorang pria mengenakan kaus Casey Stoner melintas di hadapan tempat duduknya. Kaus yang dikenakan pria itu tampak keren. Mike berpikir pria tersebut mengidolakan Casey Stoner, sama seperti dirinya.

“Saya lalu menghampirinya dan mengundangnya menonton bersama,” kenang penggemar nasi goreng dan sate ini.

Mike mengenang jika Yudi mengenakan kaus metal sepanjang waktu, juga celana khaki yang biasa dikenakan oleh tentara. Dia juga mengenakannya hampir setiap hari ketika Mike menemuinya pertama kali di Bali. Yudi bukanlah lelaki yang tinggi. Namun dia sendiri senang dengan tubuhnya. Dia biasa latihan angkat beban, sehingga badannya terlihat berotot.

Kepada Mike, Yudi memberi tahu bahwa dia di Bali untuk berlibur, asalnya dari Balikpapan. Dari pertemuan awal itulah hubungan pertemanan Mike dan Yudi terus berlanjut. Pertemuan demi pertemuan melalui janji terus berlangsung di Bali, Lombok, hingga Singapura. Sejak kepulangan Mike hingga tujuh tahun berikutnya, Mike dan Yudi tak berhenti berkabar.

Dalam bukunya, Mike mendeskripsikan detail identitas Yudi sebagai musisi band death metal. Tahun 90-an, Balikpapan didominasi oleh band-band bergenre black metal, trash, dan death metal. Belzebuth adalah band black metal di mana Yudi sebagai vokalis. Nama Belzebuth diberikan oleh seorang pria bernama Hamandi (vokalis Crussade, band black metal asal Bandung). Yudi juga bergabung di band Radioactive. Setelah Radioactive, Yudi bergabung dengan band lain bernama Depraved. Yudi Zubuth adalah namanya sebelum dikenal sebagai Yudi Busuk.

Komunitas underground mulai berubah sejak Yudi meninggal dunia. Mike sempat ke Balikpapan pada 2014 dan 2015. Pada 2014, Mike menyempatkan pergi ke sebuah festival metal di studio SNA yang sempit, namun di tahun 2015, keadaan sudah berubah: acaranya dibuat outdoor.

“Yang pasti apa yang dilakukan teman-teman di Balikpapan akan membuatnya bangga. Tidak ada seorang pun seperti Yudi yang dapat mengorganisasi event secara hebat,” ujar Mike yang kembali datang ke Balikpapan menghadiri event Busuk Metal Fest 2017, sepekan lalu.

Tujuh tahun bersahabat dengan Yudi, tahun 2013 adalah tahun terberat bagi Yudi. Dia benar-benar merasakan sakit. Yudi mengidap infeksi di dadanya dan harus ke rumah sakit untuk menjalani serangkaian tes. Dalam bukunya, Mike menceritakan sebuah pesan yang disampaikan Yudi kepadanya. Sebuah permintaan untuk membacakan surat dokter yang berisikan diagnosis penyakitnya. Mike benar-benar terkejut setelah membaca surat itu. Hari itu, dia tahu bahwa sahabat karibnya mengidap kanker prostat.

Isi surat itu juga berisikan saran agar Yudi menjalani kemoterapi yang akan berlangsung selama tiga pekan, dari total delapan kali, yang kemudian harus menjalani program tersebut selama satu sampai dua tahun. Ketika didiagnosis menderita kanker prostat, usia Yudi baru 35 tahun. Penyakit yang sebagian besar diderita oleh orang lanjut usia.

“Sampai sekarang surat itu masih saya simpan. Pesan yang tersampaikan adalah penyakit kanker prostat bisa mendatangi siapa pun, pada usia berapa pun,” tutur Mike.

Yudiansyah, alias Freedy Krueger, John Yoedi, Yudi Busuk telah berpulang pada 29 Desember 2013. Namun, kabar duka tersebut baru diketahui Mike pada 1 Januari 2014. Kabar kepergian itu datang dari salah satu kakak laki-laki Yudi. Dia menggunakan ponsel Yudi untuk mengabari teman-temannya yang belum mengetahui meninggalnya Yudi. Mendengar kabar itu, Mike benar-benar syok. Dia tidak bisa bekerja selama beberapa hari. Tidak bisa makan dan tidur. “Saya merasa kehilangan yang sangat, hidup saya seakan kosong tanpanya,” ujar Mike.

Ketika mendengar kabar kematian Yudi, dia langsung memastikannya lewan internet. Mike melihat laman tribute untuk Yudiansyah di Busuk Webzine. Mike kemudian mengontak beberapa teman dan sahabat Yudi. Mike bukanlah seorang yang religius, ketika Yudi terbaring di rumah sakit, dia selalu memikirkan perkembangan kesehatan sahabatnya. Mike mengirimkan beberapa ayat Alquran yang dia temukan di internet. Hanya untuk membuat Yudi tahu bahwa dirinya memikirkannya.

“Dia tidak pernah kehilangan imannya meskipun dalam keadaan sakit sekalipun. Sejujurnya, saya pikir ayat itu membuatnya semakin dekat dengan Allah,” tulis Mike.

Yudiansyah memang telah tiada, namun bagi Mike, sahabatnya itu masih tetap hidup. Bahkan sekarang, saat dia memiliki sesuatu untuk dibagi bersama John Yoedi, Mike harus mengingat bahwa dia telah pergi. Mike merasa bersyukur atas hidup yang telah dilaluinya, dan dia merasa lebih bersyukur bisa mengenal dan menjadi bagian dalam hidup John Yoedi.

“Saya yakin di manapun dia berada sekarang, dia sedang menatap kami dan mendengarkan beberapa musik serius. Saya merasa bersyukur bisa mengenal seorang teman yang dicintai banyak orang,” ujar Mike.

Buku yang ditulisnya adalah dedikasi Mike untuk semua penikmat musik metal, khususnya komunitas metal di Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia, dan dunia. Sebuah pesan bahwa legenda metal masih tetap hidup.

Selama sepekan di Balikpapan, Mike menyempatkan mengunjungi pusara sahabatnya. Menaburkan bunga dan berdoa untuknya. Menyumbangkan dana yang tidak sedikit saat Busuk Metal Fest 2017 digelar. Dia juga menyerahkan sertificate of registration Busuk, sebuah sertifikat tentang kepemilikan Busuk Metalshop dan pematenan logo Busuk.

“Mike sahabat terbaik Yudi. Begitu banyak hal-hal baik yang telah dilakukannya untuk almarhum adik saya. Insya Allah, saya akan meneruskan apa yang diinginkan Yudi selama masih hidup,” tutur Rita Sahara, kakak perempuan Yudiansyah. (*)
Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: